Edukasi sisi gelap Klitih
Kurator Pameran, Arham Rahman menjelaskan pameran yang akan digelar selama satu bulan penuh ini ingin mengedukasi masyarakat dan juga pelaku untuk melihat sisi lain dari gelapnya dunia klitih. Sebuah permasalahan tidak akan selesai jika tak bisa menurunkan ego masing-masing.
Arham menyebut setidaknya ada tiga hal yang memicu remaja beralih ke dunia klitih. Pertama penyempitan ruang kota dimana didominasi pariwisata yang mengambil ruang anak muda.
“Bukan bermaksud mendikotomi pendatang atau wisatawan, namun terlihat ada gejala penyempitan ruang kota yang memperbesar potensi kekerasan jalanan. Ruang ekspresinya berkurang, misal masifnya (pembangunan) hotel. Yang kedua terkait psikologis anak, kebanyakan masalah keluarga, bukan ekonomi,” kata dia.
Baca Juga:Dilaporkan ke Polisi, Pelaku Klitih di Maguwoharjo Dihukum Wajib Lapor
Arham mengatakan bahwa Klitih berbeda dengan kejahatan lainnya. Klitih lebih kepada sadisme. Hal itu bisa berawal dari bullying, bahkan ancaman dari orang terdekat yang direkam oleh otak anak sehingga melampiaskan dengan cara yang kejam.
“Misal ayah anak ini mengancam dengan cara membakar dia. Ini tentu menjadi trauma si anak. Atau ayah sering memukuli ibu dan disaksikan oleh anak tersebut, bahkan malah anak yang dipukuli oleh orang tuanya, itu tentu menular kepada anak. Tidak tepat jika membuat milisi sipil untuk memberantas klitih. Mereka juga korban ,” ujar Arham.
Ketiga lanjut dia adalah edukasi. Menurutnya ada edukasi dasar kehidupan yang harus dimiliki anak seperti edukasi keluarga, lingkungan dan sekolah.
Ia melanjutkan, pelaku klitih mudah diajak berkomunikasi dengan menyesuaikan gaya mereka. Artinya persoalan tersebut bisa diselesaikan jika masing-masing pihak bisa duduk bersama mencari solusi terbaik.
Baca Juga:Babak Belur, 2 Remaja Diduga Pelaku Klitih Diamankan Warga Maguwoharjo