SuaraJogja.id - Aksi begal payudara yang belakangan kembali meneror di kawasan Sleman disebut merupakan aksi terencana. Hal itu diungkap Psikolog Forensik UGM Prof Koentjoro.
Koent mengungkapkan, biasanya pelaku sering melakukan aksinya di malam hari dengan alasan agar tidak dikenali. Selain itu mereka juga memperhitungkan untuk mengincar korban yang sedang berjalan sendiri.
"Mereka tidak bodoh, mereka juga memperhatikan efek-efek itu. Sebelumnya sudah direncanakan, tidak ujuk-ujuk. Hasrat seksual sudah menggebu-gebu, atur situasi, kan bukan orang tertentu, setiap orang yang menurut dia menarik, itu dia lakukan," kata dia, Rabu (17/3/2021).
Menurut Koent, pelaku begal payudara bisa saja memiliki penyimpangan atau kelainan. Namun, jika dikategorikan, penyimpangan yang dimiliki masih dalam tahap yang kecil. Itu pula yang menyebabkan penyimpangan tersebut tidak banyak diketahui banyak orang.
Baca Juga:Vaksinasi Lansia di Sleman Dimulai, 26.790 Orang Jadi Sasaran
Terkait perilaku seksual, antara perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan. Jika perempuan, dia harus memiliki rasa [perasaan] baru timbul suatu gairah.
Sedangkan bagi laki-laki, membayangkan maupun melihat, hal tersebut sudah menimbulkan rasa ingin berbuat sesuatu.
Di sanalah puncak kepuasan yang bisa ia dapatkan. Meski tidak melalui hubungan seks, dia melihat seperti itu, dia bisa orgaspus. Dengan demikian, ketika ada objek, paling tidak ada dua mediator yang membuat laki-laki itu berbuat sesuatu.
"Mediator yang pertama, ketika melihat objek, laki-laki sudah ada rasa tertarik, terangsang maupun want to do something. Kedua, ketika dia ada keinginan, dan mencoba melakukan, ada semacam kenikmatan," ujarnya.
"Meskipun itu semu bagi kita, tapi bagi dia itu tidak. Karena itu, ini berulang-ulang dilakukan. Sama seperti seseorang yang eksibisionis, mau menunjukan penis saja sudah puas, kalau di mata kita kan aneh," ungkap Koent lagi.
Baca Juga:Iseng Bertani Ganja di Halaman Kos, Pemuda Sleman Diamankan BNNP DIY
Sebelumnya begal payudara meneror sejumlah wanita di kawasan Condongcatur. Salah seorang korban mengaku ia sempat dibuntuti seseorang yang mengendarai sepeda motor bebek mengenakan helm full face.
Pelaku tersebut terbilang nekat lantaran aksi begal payudaranya dilakukan saat suasana di kawasan Condongcatur ramai.
Korban lain tak jauh dari Condongcatur juga mengaku menjadi korban aksi begal payudara yang diduga pelakunya sama.
Sementara Polda DIY mengimbau agar para korban sebaiknya segera melaporkan apabila menjadi korban aksi begal payudara tersebut ke unit PPPA yang akan dilayani oleh petugas polisi perempuan. Dengan adanya laporan maka petugas kepolisian bisa lebih mudah untuk melacak dan mengidentifikasi pelaku.
Kontributor : Uli Febriarni