Masjid Jogokariyan Tetap Gelar Pasar Sore, Pedagang Wajib Tes GeNose

Masjid Jogokariyan telah memiliki satu alat deteksi dini Covid-19 buatan UGM, atau GeNose C19.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 13 April 2021 | 14:42 WIB
Masjid Jogokariyan Tetap Gelar Pasar Sore, Pedagang Wajib Tes GeNose
Masjid Jogokariyan - (Kontributor SuaraJogja.id/Putu)

SuaraJogja.id - Masjid Jogokariyan memastikan tetap akan menggelar pasar sore pada Ramadan 2021. Namun sebelum membuka lapaknya, para pedagang di pasar sore akan terlebih dulu melakukan tes GeNose.

Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta Ustaz Muhammad Jazir mengatakan, tes GeNose kepada pada pedagang pasar sore ini dilakukan, mengingat pandemi Covid-19 masih belum usai.

Tujuannya, agar kesehatan dan keamanan di lingkungan Masjid Jogokariyan tetap terjaga meski aktivitas tetap dijalankan selama Ramadan kali ini.

"Nanti kita tetep ada pasar sore tetep ada. Kemudian kita sediakan GeNose. Jadi nanti para pedagang itu sebelum berdagang kita pastikan mereka negatif Covid-19," kata Jazir kepada awak media, Selasa (13/4/2021).

Baca Juga:Ngabuburich Ramadan 2021, The Rich Jogja Hotel Punya Promo Menarik

Jazir menuturkan pengecekan kondisi para pedagang pasar sore dengan GeNose itu akan dilakukan secara berkala. Agar lebih memastikan bahwa sepanjang Ramadan aktivitas masyarakat di Masjid Jogokariyan tetap bebas dari Covid-19.

"Nanti akan dicek secara periodik, dicek ulang setiap 4 hari sekali, dipastikan mereka yang berjualan itu negatif Covid-19," ucapnya.

Beberapa penyesuaian saat menggelar pasar sore di Masjid Jogokariyan juga telah diatur mengingat kondisi pandemi Covid-19, termasuk dengan pemberian jarak antara pedagang satu dengan lainnya.

Hal itu guna mengantisipasi adanya kerumunan yang mungkin terjadi ketika berbelanja. Dengan pemberian jarak itu juga berpengaruh kepada jumlah pedagang yang akan berjualan.

"Kemudian pedagang ada jarak 2 meter antara satu dengan yang lain. Sehingga sekarang hanya 179 pedagang. Biasanya kan 600 lebih," ujarnya.

Baca Juga:Suasana Salat Tarawih di Masjid Jogokariyan Menyambut Ramadhan 1442 Hijriah

Terkait dengan usulan Wakil Wali Kota Yogyakarta mengenai pasar sore dengan sistem layanan tanpa turun atau drive thru, kata Jazir, itu tetap akan ditampung. Namun memang pihaknya tidak bisa memaksakan saran itu kepada para pembeli yang akan datang.

"Iya kalau saran ya kita juga sarankan. Cuma masalahnya pembeli itu kan mungkin pas datang ia ingin langsung buka pengen minum di tempat, jajan minum es. Kalau mewajibkan juga ngga bisa, karena orang datangkan belum tahu juga. Dia datang sudah mendekati maghrib terus langsung pengen beli es cendol dan ingin buka dan minum di situ ya silakan saja," tuturnya.

Kendati begitu Jazir menegaskan telah membuat penjagaan yang ketat dari barat hingga ke timur yang digunakan sebagai akses masyarakat. Nantinya pihak masjdi akan dibantu oleh TNI dan Satpol-PP untuk pengawasa protokol kesehatan.

"Kemudian akan kita perbanyak wastafel sama untuk hand sanitizer dan pengunjung yang akan masuk ke pasar sore juga akan kita cek suhu. Kami juga sediakan masker bukan hanya mewajibkan. Jadi bagi yang lupa bawa nanti dibagikan secara gratis," tegasnya.

Diketahui bahwa Masjid Jogokariyan telah memiliki satu alat deteksi dini Covid-19 buatan UGM atau GeNose C19. Selain pedagang pasar sore yang diwajibkan untuk melakukan tes GeNose, jemaah dari luar lingkungan Jogokariyan pun harus melakukan tes tersebut.

"Iya selain pedagang genose untuk jemaah bagi yang memang dari luar. Jadi sebetulnya kita sudah pesen lagi satu mesin genose tapi nanti menjelang Idul Fitri baru datang," tandasnya.

Sebelumnya Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, mengatakan tidak ada larangan terkait dengan kegiatan masyarakat yang hendak membuka pasar sore atau takjil sebagai persiapan berbuka puasa. Namun memang kembali lagi tidak bisa serta merta dilaksanakan seperti saat sebelum ada pandemi Covid-19.

Beberapa syarat yang diperlukan antara lain, tetap diselenggarakan di zona hijau. Selain juga dibatasi jumlah lapak yang ada di satu wilayah tersebut.

"Nantinya jarak antar lapak sekitar 5 meter. Dengan harus menetapkan sistem layanan tanpa turun [lantatur] atau drive thru. Lalu, ada potensi nanti di beberapa jalan [pasar sore] akan jadi satu arah. Tapi melihat dulu tempat-tempatnya seperti apa," terang Heroe.

Lebih lanjut Heroe menyatakan untuk pengawasan akan dilakukan oleh Satgas Covid-19 yang ada di tingkat kecamatan hingga kelurahan. Dengan terus melakukan monitoring di masing-masing wilayah yang mengadakan berbagai acara di bulan Ramadan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini