SuaraJogja.id - Postingan Deni Kurniawan dalam akun facebook info cegatan jogja berkaitan dengan mahalnya tarif makan di Bukit Bintang Kalurahan Srimulyo Kapanewonan Piyungan viral. Hingga pukul 18.00 WIB, komentar postingan Deni Kurniawan telah menembus angka 20.000 komentar.
Narasi dalam postingan tersebut, Deni menulis:
"Sekedar uneg2..singkat cerita,ngabuburit untuk menunggu waktu buka puasa tiba,,bingung cari tempat buat makan..setelah muter2 lama,akhirnya diputuskan makan di bukit bintang..jalan lah kita kesana...nemu parkir di depan masjid..tepat parkir di halaman masjid di daerah area bukit bintang..jalan gak jauh dari masjid itu ada warung makan..pesenlah kita diwarung itu..ternyta setelah pesanan tiba dan waktunya bayar wow....#simpulkan sendiri aja yee — di Bukit bintang,patuk,gunungkidul."tulisnya.
Dalam postingan tersebut Deni menyertakan foto nota dari warung. Namun sayang, dalam foto tersebut tidak ada nama warung hanya nota nomor B. Dalam nota tersebut tertulis 1 mendoan Rp 15.000, 1 ayam bakar Rp 25.000, 2 Indomie Rebus Rp 30.000, 1 Kentang Rp 10.000, 2 es teh Rp 12.000, 1 es kelapa muda Rp 15.000 dan 1 aqua Rp 5.000. Total Deni harus membayar Rp 110.000 untuk makanannya tersebut.
Baca Juga:Setelah Klaster Hajatan, Muncul Klaster Takziah di Gunungkidul
Spontan postingan tersebut memicu komentar pedas dari netizen.
"Indome 1 15ewu. Indomie special ndog e 1kg po kui,"tulis ysf****.
"Es Teh 10 ewu ki rasane piye to?"tulis Catu****
"Sepiro yo mendoan 15 ewu ki. Penisirin,"tulis Puji***.
Ketika SuaraJogja.id coba melakukan kroscek ke kawasan Bukit Bintang yang berada di Padukuhan Plesedan, beberapa pemilik warung tidak ada yang mengaku nota tersebut dari mana. Namun mereka mengatakan apa yang tertulis dalam nota tersebut wajar, tidak terlalu mahal. Apalagi hal tersebut terjadi di lokasi wisata.
Baca Juga:Karyawan Leasing di Gunungkidul Jadi Korban Penusukan Saat Berangkat Kerja
Salah seorang pemilik warung yang tak jauh dari tikungan Ikon Tulisan Gunungkidul namun enggan disebut namanya menyebut harga yang tercantum tersebut wajar. Jika mie instan Rp15.000 menurutnya wajar karena dimasak dengan bahan lain seperti telur, sawi, bawang goreng, sosis, saos, kecap dan lainnya.
"Itu wajar, ndak kemahalan wong di tempat wisata,"ujarnya.
Peristiwa unggahan di media sosial soal harga yang mahal tersebut sejatinya bukan kali pertama terjadi. Namun sudah beberapa kali dikeluhkan netizen, namun tak pernah digubris oleh para pemilik warung karena menganggap yang menulis tersebut tak pernah main di tempat wisata seperti Bukit Bintang.
Kalaupun ada yang dianggap mahal kemungkinan karena warung tersebut tidak mencantumkan daftar harga sehingga merasa 'dikentel' dengan tarif seperti itu. Namun ia menandaskan jika harga makanan seperti itu wajar karena di tempat wisata dan hal tersebut berlaku hampir di semua warung.
"Di sini air saja beli. Satu tanki Rp150.000, kalau harganya agak mahal ya wajar," tambahnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Tari, pemilik warung yang berada tak jauh dari tempat parkir sepeda motor menandaskan jika harga yang dibebankan tersebut wajar. Jika dalam postingan harga 1 mendoan Rp 15 ribu wajar karena 1 porsi mendoan bisa berisi 6-7 potong tempe.
"Itu sama berlaku di semua warung di sini," tambahnya.
Dan jika ada yang mengeluhkan harga es teh di tempat tersebut cukup mahal menurutnya orang tersebut perlu dipertanyakan Apakah pernah datang ke Bukit Bintang atau belum. Karena untuk mendapatkan air di Bukit Bintang memang cukup sulit mereka harus membeli terlebih dahulu.
Di samping itu, kemungkinan besar warung yang menerapkan harga seperti itu juga melihat berapa lama pengunjung tersebut nongkrong di warung. Karena semakin lama nongkrong, ada warung yang membebankan harga makanan semakin mahal.
"Lha nongkrong lebih dari dua tiga jam bahkan sampai pagi. Cuma makan dan minum sedikit, padahal kan tempatnya bisa digunakan orang lain," tutur wanita yang telah 14 tahun lebih membuka warung di Bukit Bintang.
Harga tersebut termasuk wajar bahkan ada yang lebih mahal dari yang diterapkan seperti yang tercantum dalam nota tersebut. Ia menyebutkan setidaknya ada 3 warung yang tarifnya lebih mahal dibandingkan dengan harga yang tercantum dalam nota diunggah media sosial ini. Karena selain lokasinya yang lebih nyaman juga lebih privasi dibanding dengan warung-warung yang lain.
Lebih jauh, tokoh masyarakat di Bukit Bintang, Aris Sariyanto (63) meragukan keberadaan nota tersebut karena tidak mencantumkan nama warung. Bisa jadi hal tersebut merupakan pencemaran nama baik dari pemilik warung yang ada di Bukit Bintang. Sehingga ia mempertanyakan kebenaran nota dalam postingan tersebut.
Setahu dirinya harga yang dibebankan oleh pemilik warung cukup wajar dan tidak ada yang terlalu mahal. Untuk harga mendoan ia menganggap Rp15.000 wajar karena bisa jadi terdiri dari beberapa potong tempe dan biasanya disertai dengan sambal kecap sebagai pendampingnya.
"Kalau es teh juga wajar karena air juga membeli. Terus kalau Indomie itu memang saya anggap kemahalan kalau Rp15.000, nanti saya akan selidiki," tutur pensiunan Telkom tersebut.
Menurutnya karakter Bukit Bintang memang berbeda dengan tempat wisata lain. Karena untuk membangun sebuah warung di Bukit Bintang membutuhkan biaya yang tidak sedikit bahkan bisa 2 hingga 3 kali dibanding membangun rumah biasa. Struktur bangunan harus kuat karena berada di tebing yang curam dan terjal.
Sehari-hari, lelaki ini memang dituakan untuk mengurus parkir di kawasan Bukit Bintang. Belasan pemuda terlibat dalam pengelolaan parkir di samping ada pemilik warung. Bukit Bintang mulai banyak digunakan untuk berjualan paska gempa 2006 yang lalu. Kini sudah ada 40 warung besar dan kecil yang berdiri di Bukit Bintang.
"Itu sangat membantu sekali. Sebagian besar yang mendirikan bangunan di Bukit Bintang itu korban gempa,"terangnya.
Kontributor : Julianto