Muhammadiyah: Ada Keterikatan Sejarah dan Islam di Konflik Israel-Palestina

Diceritakan Haedar, saat itu Umar bin Khattab berhasil memperluas kawasan Islam.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 24 Mei 2021 | 17:20 WIB
Muhammadiyah: Ada Keterikatan Sejarah dan Islam di Konflik Israel-Palestina
Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (23/11/2020) - (SuaraJogja.id/Putu)

SuaraJogja.id - Ketua Umum Pimpinan Muhammadiyah Haedar Nashir tidak memungkiri bahwa persoalan Israel dan Palestina berkaitan erat dengan sejarah dan agama Islam. Walaupun memang juga ada persoalan konstitusional yang perlu diperhatikan di dalamnya.

"Bagi kami, organisasi Islam Muhammadiyah itu masalah Palestina memang masalah yang ada kaitannya dengan Islam dalam konteks sejarah," kata Haedar dalam diskusi Konflik Arab-Israel, Peluang dan Tantangan Perdamaian yang digelar daring, Senin (24/5/2021).

Diceritakan Haedar, saat itu Umar bin Khattab berhasil memperluas kawasan Islam. Dengan Palestina menjadi salah satu bagian dalam dunia Islam dan sejak itulah kemudian Palestina menjadi lekat dan tidak terpisahkan dari dunia Islam.

Selain posisi keislaman yang ada tersebut, secara khusus juga keberadaan Masjid al-Aqsa memperkuat keterkaitan Islam di dalamnya. Terlebih lagi Masjid al-Aqsa disebutkan dalam Tuhan dalam peristiwa Isra Miraj.

Baca Juga:Pemimpin Syiah Iran Sebut Islam dari Indonesia akan Pimpin Dunia

"Maka tidak keliru bahwa problem Palestina itu kemudian ada sentuhan, ada irisan dengan persoalan keislmanan dari aspek sejarah dan keberadaan Masjidil Aqsa," terangnya.

Bagi kaum muslim, kata Haedar, Masjid al-Aqsa menjadi salah satu dari tiga masjid bersama Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah yang memang tidak bisa dilepaskan dari jiwa napas dan kehidupan umat Islam.

"Dan ini menyangkut hal yang fundamental bagi umat Islam. Artinya ketika umat islam tidak memiliki kebebasan untuk menjadikan masjid ini sebagai tempat untuk beribadah. Negara mana pun yang ada di sekitar situ ya itu akan menjadi persoalan agama," tuturnya.

Tentu yang menjadi perhatian adalah bagaimana umat Islam menempatkan persoalan ini. Di satu pihak persoalan agama, tetapi di pihak lain bagaimana pemecahan konflik ini berada dalam ruang lingkup ijtihad.

Kemudian datangnya Israel sebagai sebuah negara ke wilayah Palestina sejak tahun 1948 lalu tentu menjadikan persoalan itu tidak hanya bagi dunia muslim saja. Melainkan menjadi persoalan bersama baik bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan persoalan antar bangsa antar dunia.

Baca Juga:Israel Serbu Lalu Tangkap 23 Warga Palestina di Tepi Barat

"Tetapi kalau umat Islam punya reaksi yang begitu meluas pihak manapun jangan salah paham dan jangan gagal paham. Bahwa ada kaitan dengan sejarah dan denyut nadi kehidupan keislaman bahwa Masjidil Aqsa itu ada di situ dan Palestina sejak Umar bin Khattab adalah bagian dari dunia Islam," ungkapnya.

Haedar berharap PBB, OKI dan semua aliansi negara-negara di era modern ini dapat mengambil langkah-langkah yang tegas untuk mengakiri peristiwa kemarin. Menurutnya tidak ada pemenang dalam tragedi memilukan yang melibatkan Israel dan Palestina itu.

"Tragedi kemarin itu tidak ada yang menang baik kubu Israel maupun Palestina, karena yang hancur adalah kemanusiaan, yang hancur kemerdekaan, yang hancur adalah peradaban," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini