Kasus Meninggal Saat Isoman Tinggi, TRC BPBD DIY: Dorong Pasien Covid-19 Isolasi ke Selter

Indra menilai, seharusnya pasien terkonfirmasi positif Covid-19 terus didorong untuk melakukan isolasi di selter.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 23 Juli 2021 | 15:52 WIB
Kasus Meninggal Saat Isoman Tinggi, TRC BPBD DIY: Dorong Pasien Covid-19 Isolasi ke Selter
Ilustrasi Isolasi Mandiri (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD) DIY menilai saat ini tidak ada dorongan kepada masyarakat yang terpapar Covid-19 untuk melakukan isolasi di selter. Masyarakat malah justru memilih dan nyaman berada di rumah atau isolasi mandiri (isoman).

Wakil Komandan TRC BPBD DIY Indrayanto mengatakan, hal itu berdampak pada tingginya kasus kematian pasien terkonfirmasi positif Covid-19 saat menjalani isoman.

"Kalau lihat kondisi selter itu banyak yang kosong, artinya selama ini memang tidak tercukupkan untuk didorong masuk karena masyarakatnya banyak yang merasa nyaman di rumah," kata Indrayanto saat ditemui wartawan di Kantor BPBD DIY, Jumat (23/7/2021).

Indra menuturkan situasi masyarakat yang merasa nyaman di rumah itu akan berubah drastis saat kondisi kesehatan pasien menurun. Tidak hanya pasien yang lantas panik, keluarga pun akan merasakan kepanikan itu.

Baca Juga:Doimu Sedang Isoman? 5 Hal Ini Yang Harus Kamu Perhatikan untuk Menemaninya

Kepanikan mulai dari mencari oksigen atau kebingungan mencari obat yang sesuai hingga mencari rumah sakit rujukan yang dapat menampung pasien. Hal-hal tersebut yang justru mempengaruhi psikologis pasien.

"Ketika kondisinya [pasien] menurun, keluarganya panik untuk bisa membantu. Bukan akan segera mungkin membaik, tapi justru kepanikan inilah yang menimbulkan kepanikan baru bagi si pasien secara psikologis menjadi tertekan," ujarnya.

Indra menilai, seharusnya pasien terkonfirmasi positif Covid-19 terus didorong untuk melakukan isolasi di selter. Sebab dari sisi pengawasan dan kebutuhan pun akan jelas tercukupi.

"Kalau menurut kami, menurut petugas justru tempat yang paling nyaman isolasi itu di selter bukan di rumah. Karena apa? Pengawasannya pasti jelas.Ya kebutuhan makan, kesehatan pasti jelas. Kalau di rumah kan nggak," tuturnya.

Jika di rumah hanya mengandalkan atau berharap pada layanan surveilen pun tidak akan maksimal. Pasalnya tidak semua surveilen dari puskesmas pun akan memberikan pelayanan yang sama.

Baca Juga:Dalam Sebulan, 417 Orang di DIY Meninggal Dunia Saat Jalani Isoman di Rumah

Berbeda jika memang menjalani isolasi di selter, kata Indra, akan ada aktivitas dan pengawasan yang jelas dari para petugas. Ditambah dengan edukasi yang juga terus diberikan untuk ketenangan diri pasien.

"Angka meninggal di selter rendah. Rendah, ya ada satu dua tapi jarang. Saya menemukan kasus meninggal di selter selama proses ini baru tiga. Tapi kenapa masyarakat nggak mau didorong ke selter ini persoalan," tegasnya.

Kondisi ini menurutnya berbeda dengan penanganan kasus Covid-19 pada periode awal 2020. Jika sebelumnya jika ditemukan satu warga yang terpapar Covid-19 maka tracing akan dilakukan kepada keluarga.

Jika memang tracing kepada anggota keluarga itu menunjukkan hasil yang juga positif Covid-19. Maka semua akan dijemput ambulans untuk dibawa ke selter.

"Angka meninggal di rumahnya rendah banget waktu itu. Ya ada meninggal di rumah sakit tapi angka meninggal di rumahnya rendah banget," tuturnya.

Dari data TRC BPBD DIY setidaknya ada 218 pasien Covid-19 yang meninggal dunia di tengah proses isolasi mandiri. Jumlah itu didapat dalam periode 14-21 Juli 2021.

Angka kematian pelaku isoman tersebut yang tertinggi terjadi pada tanggal 20 dan 21 Juli. Setidaknya pada tanggal itu masing-masing ada 36 orang meninggal dunia.

"Jadi 218 itu walnya mereka gejala ringan sampai sedang saja belum berat. Karena memang yang di rumah itu sudah dipastikan hasil diagnosisnya ringan hingga sedang cuma ya memang ada percepatan gejala tadi," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak