"Anehnya Satgas Covid-19 ini tidak menanyakan keadaan saya. Hanya sterilisasi setelah itu pergi. Akhirnya saya inisiatif meminta surat keterangan ke RT yang saat itu datang, tetapi tidak langsung dibuatkan," keluhnya.
Sempat dibantu temannya yang sudah mendapat informasi ketersediaan selter, Una masih harus menunggu. Pihak puskesmas menjanjikan mendapat kamar selter sekitar 3 hari ke depan karena kondisi selter yang ada di Kota Jogja penuh.
Tekanan juga dialami Una dari pemilik kos untuk segera pindah terlebih dahulu. Meski caranya halus, tentu hal itu sedikit membuat emosi karena ia sendiri kebingungan mau ke mana.
"Sebenarnya pemilik kos mau mengurus saya ke selter, tapi saya merasa sudah diusir halus seperti itu. Mereka mungkin tidak paham alurnya, sehingga meminta segera pergi dulu," kata dia.
Baca Juga:Nakes di Sergai Meninggal saat Jalani Isolasi Mandiri
Merasa ada diskriminasi, dirinya memutuskan untuk meninggalkan indekos dan berpindah ke tempat kerabatnya yang sedang isoman di Bantul. Una mengendarai motor seorang diri sambil menahan gejala yang masih dialami.
Tak jauh berbeda dengan Una, penyintas Covid-19 asal Kelurahan Kadipaten, Kemantren Kraton, Nathania (25), juga memutuskan isolasi mandiri di rumah. Ia menganggap kondisi dua orang tua dan dirinya tidak sampai membutuhkan oksigen. Selain itu, kondisi selter sejak awal Juli sudah penuh, ketika mengurus tentu akan mendapat giliran yang sangat lama.
Ekspektasinya selama menjalani isoman bersama dua orang tuanya akan mendapat pengawasan dari puskesmas. Meski sudah melapor ke RT, Natha tidak mendapat jadwal pengecekan atau dihubungi oleh puskesmas. Pihak RT hanya menyampaikan ketika kondisi memburuk baru melapor ke puskesmas terdekat.
"Seperti obat, selama 14 hari kami pemulihan itu tidak ada kiriman sama sekali. Kami pikir RT sudah mengkonfirmasi ke puskesmas, ditanyakan saja tidak dari puskesmas. Sehingga memulihkan sakit ini secara mandiri," kata dia.
Pihaknya tidak tahu mengapa pihak puskesmas tidak melakukan visit atau pengecekan kesehatan pasien. Ia menduga karena penyebaran Covid-19 di Kemantren Kraton cukup tinggi saat ini, pengawasan itu terhenti.
Baca Juga:DPR Jangan Manja dan Aji Mumpung, Minta Negara Biayai Isoman Padahal Mampu
"Awal sebelum ada ledakan covid seperti sekarang itu ada pengecekan dari puskesmas. Mungkin karena saat ini banyak pasien, puskesmas sudah tidak lagi melakukan itu. Namun bukan berarti membiarkan," katanya.