Kisah Pedagang Malioboro Dihantam Pandemi, Adi: Saya dan Istri Sudah Tak Ada Uang Lagi

Sejumlah pedagang Malioboro keluhkan sepi pembeli meski PPKM sudah dilonggarkan

Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 29 Juli 2021 | 21:40 WIB
Kisah Pedagang Malioboro Dihantam Pandemi, Adi: Saya dan Istri Sudah Tak Ada Uang Lagi
Pedagang pakaian dan batik, Adi (45) merapikan barang jualan di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Kamis (29/7/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta sudah mengizinkan masyarakat berjualan saat PPKM hingga 2 Agustus 2021, tetapi sejumlah pedagang di Malioboro masih urung membuka barang dagangannya.

Disamping tidak adanya pembeli, akses jalan masuk ke Malioboro juga masih sangat terbatas.

Namun, bagi Adi, pedagang pakaian wanita dan anak di Malioboro tetap membuka lapak jualannya. Dirinya juga khawatir dengan kondisi pakaian yang dia simpan di dalam gerobak, apakah berjamur atau tidak.

"Hampir 27 hari saya tidak jualan, baru hari ini mulai jualan lagi. Meski saya tahu jika tidak banyak pelanggan, tapi tetap saya paksaan. Sekalian melihat kondisi baju di dalam gerobak," terang Adi ditemui Suarajogja.id, Kamis (28/7/2021).

Baca Juga:Dinkes Laporkan 226 Orang Positif, Kasus Covid-19 di Kota Jogja Tembus 17.965

Pria 45 tahun ini mengaku pemerintah memang sudah memberikan kelonggaran untuk berjualan. Namun, terasa sia-sia jika tidak ada pembukaan jalan ke Malioboro.

"Lha bagaimana jalan masuk ke malioboro saja masih ditutup. Pengendara harus memutar. Ketika mau berbelanja sudah malas duluan," keluh dia.

Alasan Adi keluar untuk berjualan juga untuk berharap ada satu penghasilan meskipun kecil. Adi mengaku sudah berjualan sejak pukul 09.30 wib. Hingga pukul 17.00 wib, namun tidak ada 1 pelanggan pun yang membeli pakaiannya.

"Pembeli tidak ada sama sekali, tadi ada yang melihat-lihat saja, saya beri harga murah pun dia belum mau beli," keluh dia.

Adi memang berencana berjualan hingga malam dimana ada sedikit harapan pengunjung bisa lebih banyak pada malam hari. Namun begitu nampaknya akan rugi waktu jika dirinya memaksakan berjualan.

Baca Juga:Cerita Penyintas Covid-19 di Jogja, Sulitnya Urus Selter hingga Ditekan Warga untuk Pergi

Kondisi Adi sudah di ujung tanduk, ia bercerita bahwa sudah tak mengantongi uang sedikitnya. Bahkan kontrakannya yang ada di wilayah Gondomanan akan berakhir dua bulan lagi dan harus segera dibayar.

"Saya dan istri sudah tak ada uang lagi. Tidak ada tabungan sama sekali. Ingin mengutang takut tidak bisa melunasi," jelas dia.

Dirinya juga tak punya barang berharga lain yang bisa digadaikan atau dijual. Satu-satunya harapan bagi Adi, adanya bantuan modal dan bantuan tunai untuk kehidupan pria asal Palembang itu.

"Bantuan ini menjadi harapan pedagang seperti saya. Tapi selama PPKM ini pemerintah tak pernah membantu, saya tidak tahu apakah bantuan ini hanya untuk orang atau pedagang Jogja saja?," katanya.

Pedagang tas dan aksesoris gelang, Suhandi (35) merasa bahwa kehadiran pemerintah kepada rakyat terasa bias bahkan tak ada niat. PPKM diperpanjang 2 kali, tak ada bantuan ke masyarakat yang hidupnya bergantung dengan berjualan.

"Kehidupan kami hanya bergantung dengan jualan per hari. Jika tidak ada pendapatan mau makan apa besoknya. Pemerintah jelas terlihat abai. Bahkan warga yang akan mendapat bantuan sampai sekarang tak ada yang kami terima," ujar dia.

Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengaku bahwa bantuan sosial kepada masyarakat sedang disiapkan. Namun begitu pihaknya menyerahkan penyaluran kepada Dinas Sosial.

"Ya itu Dinas Sosial, sudah didata dan segera disalurkan. Nanti Dinsos yang membagikan," ujar Haryadi, Senin (26/7/2021).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak