Gelombang Tinggi Diprediksi Masih Berlangsung Satu Minggu Lagi, Nelayan Diminta Waspada

Penyebab terjadinya hujan juga dipengaruhi angin muson yang berembus dari selatan Jawa, sehingga memicu terjadinya gelombang tinggi di laut.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Rahmat jiwandono
Senin, 02 Agustus 2021 | 21:35 WIB
Gelombang Tinggi Diprediksi Masih Berlangsung Satu Minggu Lagi, Nelayan Diminta Waspada
Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto ditemui di kantor bupati, Kamis (2/7/2020). - (SuaraJogja.id/Mutiara Rizka)

SuaraJogja.id - Perubahan iklim akibat pemanasan global membuat cuaca tak menentu. Saat ini memasuki musim kemarau namun masih turun hujan dengan intensitas sedang.

"Saat ini terjadi seperti itu, sehingga muncul curah hujan tapi tidak begitu deras tapi membuat masyarakat was-was," ungkap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto pada Senin (2/8/2021).

Penyebab terjadinya hujan juga dipengaruhi angin muson yang berembus dari selatan Jawa, sehingga memicu terjadinya gelombang tinggi di laut.

"Dorongan angin muson memunculkan gelombang di pesisir selatan di Bantul," terangnya.

Baca Juga:Warga Cianjur Diminta Waspada Gelombang Tinggi Pantai Apra

Untuk itu, masyarakat Bantul yang tinggal dekat dengan pesisir diimbau agar waspada dan siaga. Sebab, menurutnya, gelombang tinggi ini diprediksi masih bisa terjadi satu minggu ke depan.

"Karena gelombang tinggi ini di beberapa wilayah sudah cukup mengkhawatirkan. Kami mohon masyarakat untuk berhati-hati apabila sedang di laut," kata dia.

Khususnya nelayan harus memperhitungkan keselamatannya jika pergi melaut.

"Nelayan harus memperhitungkan keselamatan terkait dengan gelombang tinggi ini," katanya.

Meski sedang terjadi gelombang tinggi pantai selatan namun anomali cuaca ini dapat menyebabkan bencana lain. Ia menyebutkan, cuaca seperti ini bisa menimbulkan angin kencang tapi tidak disertai hujan lebat.

Baca Juga:Gelombang Tinggi di Pantai Selatan Cianjur Ancam Pemukiman Warga

"Dampaknua bisa terjadi pohon tumbang di kawasan padat penduduk," tambahnya.

Diakuinya, saat ini masih musim kemarau namun bisa berubah. Di sisi lain, kondisi seperti ini membawa berkah bagi masyarakat yang daerahnya sulit mendapat air.

"Warga yang tinggal di daerah rawan kekeringan mendapat berkah karena sering hujan," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak