Tidak Hanya Berhenti di Bawang
Andreas menyampaikan pihaknya tidak hanya berhenti untuk menjualan bawang-bawang milik si ibu tadi saja. Meningat hingga hari ini si ibu sendiri masih menjalani isoman.
Warga pun turut menyarankan agar si ibu untuk tetap beristirahat dengan maksimal dan tidak buru-buru untuk ke pasar. Mengingat kondisinya yang belum sepenuhnya prima.
"Kami dari tim warga bantu warga di RT 6 itu menyarankan untuk ibu ini tidak kembali ke pasar dulu. Karena kondisinya yang belum prima, fit. Nanti khawatirnya karena kondisi yang belum fit betul sementara kondisi pasar itu ngga karuan, atau protokol kesehatannya ngga seperti di pasar modern lah," ujarnya.
Baca Juga:Perubahan Suhu Berpotensi Pengaruhi Kesehatan Hewan Ternak, DP3 Sleman Beri Imbauan Ini
Dengan saran yang diberikan oleh tim warga bantu warga itu, maka kata Andreas, pihaknya memutuskan untuk lanjut membantu si ibu. Pasalnya masih ada beras yang juga belum tersentuh untuk dijual.
"Akhirnya ya sudah karena kita sarankan untuk itu, ya kita membantu untuk bisa jualin berasnya, karena berasnya juga sudah ada yang dibuka di ember dan sudah dimasukin ke kantong plastik 5 kiloan," ucapnya.
Saat ini, Andreas dan warga lain tengah mendata secara lengkap total beras yang dimiliki oleh si ibu. Sebab ada beberapa jenis beras di dagangan si ibu.
"Ini sebenarnya baru kami data sih berapa total berasnya. Karena jenisnya macam-macam to, ada rojolele, ada ini itu, kemudian nanti kami tetep listing juga untuk bisa membantu berjualan itu," urainya.
Petakan Potensi Kampung Maksimalkan Penanganan Covid-19
Baca Juga:Kapasitas Selter Tak Cukup Tampung 6 Ribu Pasien Isoman, Begini Langkah Pemkab Sleman
Mengenai penanganan Covid-19 di wilayahnya sendiri, Andreas mengungkapkan bahwa gerakan warga bantu warga sudah muncul beberapa waktu ke belakang. Pihaknya malah sudah memetakan potensi-potensi yanh dimiliki kampung untuk bisa memaksimalkan penanganan Covid-19.
"Kalau gerakan kita warga bantu warga itu kan sudah ada, jauh sebelumnya sudah kami petakan sebelum PPKM. Jadi seminggu sebelum PPKM itu menjadi puncak kami di RT untuk melihat tren angka peningkatan Covid-19 itu terus naik gitu ya. Kami agak khawatir kalau kami ngga punya sistem penanganan di kampung," paparnya.
Hal itu membuat bantuan yang diberikan kepada warga pun juga berbeda-beda jenisnya. Sebab mereka telah melihat kondisi masing-masing tetangga yang ada.
Diakui Andreas, kondisi masing-masing warga di kampungnya tidak bisa disama ratakan begitu saja. Ada yang memang masih berkecukupan secara materi, ada yang memang sangat terdampak dan berkekurangan.
"Kita lihat kondisi masing-masing tetangga ya. Karena kan berbeda-beda, karena kan kondisi ibu ini memang tulang punggung itu dan ya berat kalau tidak ada pemasukan. Nah kalau yang lain kan kondisinya berlainan ya, ada yang secara ekonomi masih cukup, kemudian dia masih punya penghasilan perbulan. Nah kita itu modelnya berbeda-beda," tuturnya.
Andreas melanjutkan warga pun turut melakukan penggalangan donasi untuk operasional di tengah pandemi ini. Baik untuk membeli APD untuk penanganan Covid-19 di wilayah atau untuk membantu warga dalam bentuk lainnya.
"Nah ketika ada warga yang secara finansial tidak menguntungkan ya donasi Covid-19 itu bisa digunakan untuk sekadar melakukan swab. Ada yang kemarin untuk swab aja ngga ada dana. Akhirnya kita keluarin dari dana donasi itu," ucapnya.
Maka dari itu warga bantu warga di wilayahnya, jelas Andreas tidak hanya berhenti pada membantu menjualkan dagangan si ibu tadi saja. Melainkan lebih kepada secara keseluruhan dengan berbagai metode sesuai kebutuhan.
"Jadi kalau penanganannya sebenarnya di tempat kami itu cukup membuat kami boleh dikatakan butuh effort karena tidak hanya berhenti disoal jualan itu ya. Karena kita juga memetakan potensi apa yang kita miliki di kampung," terangnya.
Bahkan tidak jarang Andreas dan warga lain turun langsung membantu warga yang terpapar Covid-19 di wilayahnya. Hal itu sejalan dengan pemetaan potensi yang telah dilakukan sebelumnya.
"Misalnya latar belakangnya dia memang suka dalam kegiatan kerelawanan, oh dia kegiatannya tenaga kesehatan. Nah ya dengan kondisi itu kita mau ngga mau, juga seperti tenaga kesehatan. Ya misalnya saya yang ngga juga background kesehatan gitu ya, karena nakes itu tipis karena banyaknya pasien ya akhirnya kami secata berkala juga melakukan pengecekan rutin kepada warga isoman. Baik sekadar saturasi, kemudian distribusi oksigen, ketika mereka membutuhkan," jelasnya.
Menurutnya gerakan warga bantu warga ini adalah sebuah panggilan. Sebab tidak semua orang berani atau bahkan mau bersinggungan langsung dengan warga lain yang terkonfirmasi positif Covid-19.
"Nah memang sebuah panggilan untuk itu. Karena katakanlah tidak semua warga berani masuk ke rumah menggunakan APD lengkap lalu mengecek saturasi, belum lagi nanti memasangkannya, memasang oksigen. Itu kan kalau ngga panggilan hati ya udah takut duluan. Tapi karena panggilan hati kadang-kadang ya akhirnya mau untuk bisa belajarlah, bagaimana masang oksigen dan lain-lain," tandasnya.
Tidak jarang Andreas dan warga lainnya harus bersiap dengan kondisi yang terburuk sekalipun. Termasuk untuk rela antre dan mengantar warga terpapar Covid-19 yang kondisinya semakin memburuk.
Semua ini dilakukan untuk membantu warga di wilayahnya menekan angka kematian akibat paparan virus Covid-19.
"Harapan kami bisa menekan angka kematian juga di kampung kami," pungkasnya.