SuaraJogja.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memastikan bahwa rententan gempa yang terjadi di wilayah selatan Yogyakarta tidak berpengaruh kepada aktivitas Gunung Merapi akhir-akhir ini.
Hal ini disampaikan langsung Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida saat Siaran Informasi BPPTKG 'Aktivitas Merapi Terkini', yang ditayangkan secara virtual pada Jumat (13/8/2021).
"Sampai saat ini (aktivitas) Merapi tidak ada pengaruhnya dengan kegempaan tektonik," kata Hanik.
Hanik menjelaskan, pihaknya telah mencoba melihat lebih jauh hubungan kegempaan yang terjadi di sebelah selatan Yogyakarta tepatnya di wilayah Gunungkidul itu.
Baca Juga:Aktivitas Merapi Meningkat, Sepekan Muncul 28 Kali Awan Panas dan 253 Guguran Lava
"Beberapa kali kita sudah mencoba melakukan korelasi antara vulkanik dan tektonik. Untuk aktivitas yang saat ini itu belum, tidak ada korelasinya," ujarnya.
Lebih jauh, Hanik tidak memungkiri kegempaan yang terjadi di bagian selatan Yogyakarta pernah mempengaruhi Gunung Merapi. Namun peristiwa itu terjadi pada erupsi tahun 2006 silam tepatnya juga saat gempa di wilayah Bantul.
"Merapi pernah ada korelasinya itu di erupsi tahun 2006 pada saat gempa Bantul yang dengan intensitas sangat besar dan sumber yang sangat dangkal, itu berpengaruh. Tapi untuk sekarang tidak ada kaitannya," tegasnya.
Sebelumnya diberitakan rentetan gempa sempat mengguncang pantai selatan DIY. Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mencatat setidaknya ada 21 gempa yang terjadi di perairan sisi barat Gunungkidul itu.
Berdasarkan pengamatan aktivitas tektonik tersebut, terjadi dari tanggal 10 Agustus 2021 tepatnya pukul 05.15.36 WIB hingga 11 Agustus 2021 tepatnya 12.57.51 WIB.
Baca Juga:Merapi Luncurkan 3 Kali Wedus Gembel Dalam 6 Jam Terakhir, Jarak Terjauh 2,5 Kilometer
Lebih jauh kekuatan gempa yang terjadi pada saat itu berkisar di antara 2,6 hingga 4,2 Skala Richter (SR). Sedangkan untuk kedalaman rata-rata episentrum gempa waktu itu mencapai 10 kilometer dari permukaan tanah.
Dalam keterangan tertulisnya, Rabu (11/8/2021) lalu, Kepala Stasiun Geofisika (Stage) BMKG Yogyakarta, Ikhsan menuturkan gempa bumi tersebut terjadi akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo Australia yang menyusup ke bagian bawah lempeng Eurasia, sehingga menyebabkan adanya pelepasan energi yang merambat ke permukaan.
"Berdasarkan data yang ada rentang magnitudo gempa masih dalam kategori magnitudo kecil dan tidak berpotensi tsunami," kata Ikhsan.