Murti menyebut bahwa kolaborasi bersama, dialog bersama multi-disiplin, inter-disiplin itu menjadi penting dan harus terus didukung.
"Siapapun yang mengelola Fakultas Filsafat itu mestinya membawa fakultas ke ranah itu. Sehingga itu yang akan menghubungkan kembali filsafat dengan dunia yang nyata dan tidak menjadi sesuatu yang ada di seberang sana atau di atas sana, yang terlepas dari keadaan sesungguhnya yang terjadi di masyarakat," ungkapnya.
Menurutnya ada sejumlah hal yang wajib untuk dimiliki oleh pemegang amanah atau pemimpin Fakultas Filsafat. Terutama harus memiliki kerendahan hati dalam artian mau terus berdialog dengan siapapun juga.
Agar tetap memiliki semangat yang kuat untuk perubahan dan kemajuan. Tanpa itu, ujar Murti, memimpin sebuah institusi atau organisasi tidak akan bisa melangkah lebih jauh.
Baca Juga:Diskusi Sambut Pemilihan Dekan Baru, Alumni Filsafat UGM Minta Pemimpin Harus Responsif
"Seorang pemimpin tidak bisa melakukan sendiri, dia ada di situ karena legitimasi semua pihak yang ada di bawah," ucapnya.
Alumni Fakultas Filsafat UGM, Kardono berharap nantinya Fakultas Filsafat paling tidak bisa membanggakan bagi seluruh alumninya. Termasuk dengan terus aktif merespon isu-isu perkembangan nasional yang terjadi di masyarakat Indonesia.
"Paling ngga ini Fakultas Filsafat merespon perkembangan nasional sehingga terlihat jelas dan itu kemudian menjadi rujukan banyak pihak. Harus bisa membuktikan atau paling tidak mempunyai sikap lah terhadap isu-isu yang kemudian menjadi hajat hidup orang banyak," ujar Kardono.
Dengan tentu tidak melupakan Fakultas Filsafat sebagai tempat inkubasi pengembangan karakter-karakter bagi mahasiswanya.
Baca Juga:Hakim Tak Pandang Perbuatan Juliari Kasus Serius, Pukat UGM: Itu Tidak Lepas dari Politik