Curhatan Penjual Oleh-Oleh Jogja, Kehilangan 10 Karyawan karena Perpanjangan PPKM

Puji Sulastri, salah satu pelaku usaha oleh-oleh khas Jogja di Malioboro, hanya menggantungkan hidupnya pada aktivitas berdagang.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 01 September 2021 | 19:35 WIB
Curhatan Penjual Oleh-Oleh Jogja, Kehilangan 10 Karyawan karena Perpanjangan PPKM
Pedagang oleh-oleh khas Jogja melayani pembeli di destinasi wisata Malioboro, Rabu (1/9/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Dampak perpanjangan Pemberlakuan Pengetatan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 hingga 6 September mendatang kembali membuat kecewa masyarakat. Harapan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menjual oleh-oleh khas Jogja juga harus pupus. Pasalnya wisatawan yang diprediksi akan banyak datang ke Jogja bisa mengembalikan pendapatan mereka.

Puji Sulastri, salah satu pelaku usaha oleh-oleh khas Jogja di Malioboro, hanya menggantungkan hidupnya pada aktivitas berdagang. Wisatawan adalah harapannya untuk bisa menghidupi dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Hampir 1,5 bulan dirinya menutup lapak jualan selama PPKM diterapkan. Pendapatannya juga sudah tak bisa menopang kebutuhannya.

Pedagang oleh-oleh khas Jogja melayani pembeli di destinasi wisata Malioboro, Rabu (1/9/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Pedagang oleh-oleh khas Jogja melayani pembeli di destinasi wisata Malioboro, Rabu (1/9/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Sekarang juga sudah tidak bisa mengandalkan pendapatan di Malioboro. Pertengahan Agustus kemarin saya sudah kembali membuka los di sini. Tapi belum banyak yang membeli," terang Puji ditemui wartawan di Malioboro, Rabu (1/9/2021).

Baca Juga:Pedasnya Bikin Nagih, Intip Ayam Penyet Sambal Ijo Aa Sipit yang Selalu Ramai Dikunjungi

Mengenang perjuangannya sebagai pelaku UMKM di Kota Jogja, Puji sedikitnya sudah memiliki 10 karyawan. Pedagang bakpia, dodol dan oleh-oleh khas Jogja ini membangun usahanya selama lima tahun lalu.

Puji mengawali usahanya dengan membuat bakpia berbagai rasa dengan tekniknya sendiri. Bakpia-bakpia itu kemudian dititipkan di sejumlah los yang ada di Malioboro dan juga toko oleh-oleh yang ada di Jogja.

"Sebelumnya saya memiliki 10 karyawan di rumah. Mereka membuat bakpia yang selanjutnya saya sebar ke berbagai toko-toko dan lapak di Malioboro untuk dijual," terang Puji.

Usahanya pun berkembang, Puji akhirnya menyewa satu lapak di Malioboro untuk menjual bakpia tanpa menghentikan distribusi bakpianya ke toko-toko.

Namun pada Maret 2020 saat pandemi Covid-19 menyebar di DIY, pendapatannya mulai terganggu. Penghasilan tak menentu juga menjadi masalahnya karena tidak bisa menggaji karyawan.

Baca Juga:Kakorlantas Bagikan 1.000 Paket Sembako ke PKL Terdampak Pandemi di Jakarta

"Akhirnya dengan berat hati karyawan saya berhentikan karena sudah tidak bisa menggaji mereka. Padahal saya senang bisa mengajak orang lain untuk bisa bekerja seperti ini," kenang Puji.

Lima tahun berdagang, baru kali ini dirinya mengalami kondisi kesulitan ekonomi. Puji tidak mau menyerah dan tetap berusaha untuk bertahan hidup.

Setelah Pemkot Jogja melonggarkan PPKM pada akhir Agustus 2021 lalu, dirinya dan keluarga langsung membuka lapaknya di sisi timur Kantor Gubernur DIY.

Seorang pedagang oleh-oleh khas Jogja, Puji Sulastri, bercerita pada wartawan di lapak jualannya di kawasan Malioboro, Rabu (1/9/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Seorang pedagang oleh-oleh khas Jogja, Puji Sulastri, bercerita pada wartawan di lapak jualannya di kawasan Malioboro, Rabu (1/9/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Pertama kali dibuka, tak banyak pembeli yang datang. Puji masih yakin jika akan ada wisatawan yang membeli bakpianya.

Harapannya terjawab pada Minggu (29/8/2021). Wisatawan kembali berdatangan dan membeli bakpianya, meskipun belum sampai balik modal.

"Kami berharap hal ini bisa kembali seperti dulu lagi," jelas dia.

Ia juga meminta pada Pemerintah tidak ada perpanjangan PPKM lagi pada bulan September ini. Cukup sampai 6 September saja pembatasan aktivitas warga diterapkan.

"Kami berharap tidak ada lagi perpanjangan, karena wisatawan pasti mengiranya di Jogja masih ditutup," ujar ibu anak satu ini.

Terpisah, pedagang oleh-oleh di Malioboro lainnya, Diah Measari mengatakan bahwa kondisi warga di Indonesia sudah banyak yang divaksin. Selain itu kesadaran mengenakan masker juga cukup baik, sehingga pemerintah bisa membuka lagi pintu-pintu masuk wisatawan ke Jogja.

"Vaksinasi sekarang kan sudah sangat gencar. Terlebih lagi hampir tiap warga taat menggunakan masker. Saya kira pemerintah bisa melonggarkan lagi dan membuka wisatawan. Jangan ditutup terus karena perpanjangan PPKM itu," harapnya.

Sementara, Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi memastikan bahwa Kota Jogja belum membuka destinasi wisata hingga saat ini. Keramaian kawasan Malioboro yang terjadi pad Minggu lalu terjadi karena sektor ekonomi di Malioboro sudah kembali bergeliat.

"Destinasi wisata di Jogja itu belum dibuka. Memang ada keramaian di Malioboro tapi saya kira itu warga Jogja. Nah karena Malioboro termasuk entitas ekonomi, sehingga aktivitas ekonominya (yang ramai)," kata Heroe kepada wartawan, Senin (30/8/2021).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini