Berjaya Saat Demam Sepeda di Jogja, Begini Nasib Pedagang Sepeda di Pasar Gappsta Kini

Saat pandemi melanda Yogyakarta, antusias orang membeli sepeda sangat tinggi

Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Sabtu, 18 September 2021 | 16:56 WIB
Berjaya Saat Demam Sepeda di Jogja, Begini Nasib Pedagang Sepeda di Pasar Gappsta Kini
Pedagang sepeda, Suyoto (baju putih-orange) melayani seorang pelanggan saat bertransaksi di Pasar Gappsta, Mantrijeron, Kota Jogja, Sabtu (18/9/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Suasana pasar sepeda yang terletak di Jalan MT Haryono, Kelurahan Suryodiningrat, Kemantren Mantrijeron, Kota Yogyakarta berbeda jauh dengan kondisi pada tahun 2020 lalu. Pasar sepeda bekas yang lebih akrab dengan nama Pasar Gappsta itu sangat sepi. Hanya tiga pedagang yang terlihat menunggu pelanggan yang berniat membeli sepeda.

Bukan tanpa alasan pasar sepeda bekas yang sudah dikenal oleh warga Jogja itu sepi. Dampak perpanjangan PPKM, menjadi salah satu faktor lengangnya barisan sepeda yang biasa tertata rapi disana.

Meski sedikit pedagang yang berjualan, terhitung ada 1-2 pelanggan yang masuk ke dalam pasar. Tidak membeli, hanya sekadar bertanya soal harga sepeda yang menjadi incarannya.

Suasana lokasi penjualan sepeda bekas yang sepi di Pasar Gappsta, Mantrijeron, Kota Jogja, Sabtu (18/9/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]
Suasana lokasi penjualan sepeda bekas yang sepi di Pasar Gappsta, Mantrijeron, Kota Jogja, Sabtu (18/9/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

Kondisi ini hanya bisa dijalankan dengan pasrah oleh seorang pria paruh baya 50 tahunan. Suyoto pedagang sepeda yang sejak tahun 2000 sudah memulai usahanya berjualan sepeda mengaku belum bisa berbuat banyak.

Baca Juga:Tak Ada Transportasi Umum Bertahun-tahun, Trans Jogja Uji Coba Rute Kaliurang

"Belum tentu sehari ada yang datang ke sini. Kadang yang datang saja belum mau membeli," ujar Suyoto ditemui SuaraJogja.id di pasar Gappsta, Sabtu (18/9/2021) siang.

Bulan September merupakan momen yang sebenarnya Suyoto tunggu. Pasalnya pada tahun 2020 sejak Juni hingga Oktober permintaan akan sepeda sangat tinggi. Pedagang sepeda bahkan kebanjiran order.

"Saat itu selain permintaan sepeda baru yang tinggi, banyak juga yang mencari sepeda bekas. Waktu itu memang menggembirakan karena saat Covid-19, penjual sepeda ini cukup untung termasuk saya," ujar bapak 2 anak ini.

Sehari bisa 2-5 sepeda bekas yang laku terjual. Suyoto tak merinci total omzet yang dia kantongi saat itu, namun per sepeda biasa dijual dengan kisaran harga Rp200-500 ribu.

Keuntungannya berlipat-lipat saat itu. Penghasilannya ia sisihkan untuk disimpan dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Baca Juga:PPKM Turun ke Level 3, Disdag Kota Jogja Urung Longgarkan Relaksasi Pasar

Euforia boomingnya permintaan akan sepeda di tahun 2021 nyaris tidak ada. Mau tidak mau pendapatan Suyoto juga berkurang termasuk dampak dari PPKM yang sebelumnya diberlakukan mulai Juli hingga pekan kedua September 2021.

Pihaknya juga menceritakan bagaimana ia bertahan saat seluruh pasar non-esensial atau selain bahan kebutuhan pokok ditutup pemerintah selama pemberlakukan PPKM.

Hampir satu bulan sejak Juli hingga awal Agustus 2021 Suyoto dan keluarganya tak berjualan.

"Saya juga bingung darimana bisa mendapat uang tambahan jika tidak berjualan. Sementara 1 bulan pasar ditutup," katanya.

Suyoto berusaha tak meminjam uang atau hutang ke orang-orang. Hal itu akan memberatkan kehidupannya di masa depan.

Beruntung, hasil penjualan sepeda tahun lalu cukup tinggi. Suyoto dan istrinya sudah menyiapkan uang tabungan yang menjadi satu-satunya uang untuk kebutuhan harian.

Ia tak membeberkan detail tabungan yang dia simpan. Tapi jumlahnya bisa untuk menghidupi bahkan membayar kuliah dua anaknya selama pandemi Covid-19.

"Saya coba syukuri yang saya dapatkan berapapun jumlahnya. Ya bertahan itu kan harus, maka tabungan itu yang saya kelola dan akhirnya bisa memenuhi kebutuhan kami," terang dia.

Meski pupus untuk merasakan momen boomingnya sepeda di Jogja, Suyoto hanya perlu bersabar dengan keadaan. Turunnya PPKM ke Level 3 diharapkan menjadi awal mengembalikan kondisi penjualan sepeda normal kembali.

Salah seorang pedagang Pasar Gappsta Heru Anwar (43) mengaku dalam sehari belum tentu ada yang membeli. Biasanya baru 2-3 hari ada pembeli.

Meski begitu, dalam sepekan, ia tetap mendapat untung dari penjualan sepedanya meski hanya Rp50 ribu.

Suasana lokasi penjualan sepeda bekas yang sepi di Pasar Gappsta, Mantrijeron, Kota Jogja, Sabtu (18/9/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]
Suasana lokasi penjualan sepeda bekas yang sepi di Pasar Gappsta, Mantrijeron, Kota Jogja, Sabtu (18/9/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

"Sekarang pasar kan sudah dibuka kembali. Memang untungnya sedikit, malah jarang mendapat untung. Tapi dalam sepekan kami masih ada pendapatan," ujar dia.

Heru tidak begitu paham, pedagang lain di Pasar Gappsta jarang membuka lapaknya. Kadangkala hari ini buka, besok mereka tak berjualan.

Padahal, ia berharap dengan dibolehkannya membuka pasar di tengah penerapan PPKM Level 3, pedagang sudah memenuhi ruang atau lapak berjualannya.

"Sebenarnya kan kami minta agar semua pedagang datang. Jadi lebih kurang ada 13 pedagang di sini, ketika pasar ramai, saya yakin pembeli juga tertarik untuk datang," kata dia.

Disamping itu Pemkot yaitu Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta juga sudah memberikan fasilitas dengan wastafel portable. Sehingga upaya menjaga protokol kesehatan tetap diupayakan di pasar setempat.

"Ya kami berharap semuanya kan kembali normal. Tapi saat ini hanya bersabar dahulu, pasti ada momen lagi dimana pembelian sepeda itu melonjak," ujar Heru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini