Tolak Pemakaman Jenazah Secara Protokol Kesehatan, Muncul Klaster Takziah di Sedayu Bantul

Klaster takziah muncul di Sedayu

Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Kamis, 21 Oktober 2021 | 17:46 WIB
Tolak Pemakaman Jenazah Secara Protokol Kesehatan, Muncul Klaster Takziah di Sedayu Bantul
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)

SuaraJogja.id - Jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Bantul terus menurun dari hari ke hari. Namun, belum lama ini muncul klaster Covid-19 seperti klaster senam dan tilik. 

Untuk di Kalurahan Argorejo, Kapanewon Sedayu muncul klaster takziah. Setidaknya 21 orang dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19

Camat Sedayu Lukas Sumanasa menyampaikan, klaster takziah itu muncul karena ada seorang warga Kalurahan Argorejo berinisial M (22) meninggal dunia saat dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Ia meninggal pada 2 Oktober 2021 lalu. 

"Pada hari meninggalnya itu sudah diberitahu oleh pihak rumah sakit bahwa M positif Covid-19. Itu dibuktikan dari hasil tes PCR-nya," ungkapnya kepada SuaraJogja.id, Kamis (21/10/2021). 

Baca Juga:Dongkrak Kembali Ekonomi, Bantul Andalkan Pariwisata Setelah Level PPKM Diturunkan

Meski sudah tahu bahwa M positif Covid-19 tetapi pihak keluarganya menolak untuk dimakamkan secara protokol kesehatan (prokes). 

"Meski tahu hasil PCR-nya positif Covid-19 tapi keluarganya menolak (jenazah dimakamkan secara prokes). Awalnya kan begitu," papar dia. 

Ia menyebutkan jika M diketahui punya penyakit penyerta atau komorbid yaitu Tuberkolosis (TBC), sementara dia belum sempat divaksin Covid-19.

"Punya riwayat penyakit TBC," tuturnya. 

Kendati demikian, dia tidak tahu kenapa M belum disuntik vaksin Covid-19. 

Baca Juga:Buron 8 Tahun, Eks Dosen yang Maling Dana Rehabilitasi Gempa Bantul Akhirnya Ditangkap

Tidak hanya menolak dimakamkan dengan prokes, ketika petugas kesehatan akan melakukan tracing, keluarga korban menolak. Alasannya karena mereka sama sekali tidak bergejala. 

"Petugas tracing kami terkendala lantaran keluarganya menolak tracing. Namun kami tetap berupaya karena tracing adalah hal yang wajib," ujar dia. 

Bahkan akibat ketidakjujuran keluarga tersebut, penularan virus corona meluas hingga menulari delapan siswa SDN Sukoharjo, Sedayu, Bantul. Dijelaskannya  bahwa penularan di SD tersebut merupakan rantai penularan kelima. 

"Jadi rentetannya yang sampai di SD itu sudah rantai kelima," terangnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini