Rilis Data Interim, Dinkes: Warga Sleman Belum Patuh Jaga Jarak

Dinkes merilis data interimperilaku protokol kesehatan warga Kabupaten Sleman

Galih Priatmojo
Selasa, 26 Oktober 2021 | 15:06 WIB
Rilis Data Interim, Dinkes: Warga Sleman Belum Patuh Jaga Jarak
Ilustrasi jaga jarak (histock)

SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman merilis laporan interim perilaku protokol kesehatan warga Kabupaten Sleman, Selasa (26/10/2021).

Kepala Dinkes Sleman Cahya Purnama mengungkapkan, laporan interim itu disusun berdasarkan uji yang dianalisis dari sebanyak 628 responden.

Dengan tingkat kepatuhan dalam kategori patuh dan sangat patuh, diketahui bahwa ada 95,7% responden memakai masker dengan benar. Sebanyak 93,3% patuh dan sangat patuh mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer.

Selanjutnya ada 89,5% patuh dan sangat patuh untuk menjauhi kerumunan, kemudian 87,1% patuh dan sangat patuh untuk mengurangi mobilitas.

Baca Juga:Cabut Stiker Jaga Jarak, Arab Saudi Mulai Longgarkan Prokes Covid-19 di Mekkah

"Menjaga jarak ketika di luar rumah sebesar 84,1%," kata Cahya, Selasa (26/10/2021).

Melihat kondisi ini, Pemerintah Kabupaten Sleman terus mempromosikan agar masyarakat dapat menerapkan protokol kesehatan. Demikian juga dengan Gugus Tugas Covid-19, diminta untuk menyosialisasikannya pula.

"Kami juga terus gencar jemput bola vaksinasi Covid-19, termasuk kepada lansia. Karena vaksinasi bisa memperlambat munculnya ledakan kasus gelombang ketiga," ujarnya.

Hingga saat ini, capaian vaksinasi di Kabupaten Sleman saat ini mencapai 85,5% untuk dosis pertama dan 65,5% untuk vaksinasi dosis ke-2. Sementara itu, vaksinasi dosis ke-3 atau booster untuk tenaga kesehatan sudah 104,8%.

Meskipun demikian, Cahya meminta seluruh pihak tetap menerapkan protokol kesehatan. Karena vaksinasi dan protokol kesehatan yang dilakukan bersama-sama dapat mengurangi potensi penularan kasus Covid-19.

Baca Juga:Arab Saudi Longgarkan Pembatasan, Stiker Jaga Jarak di Masjidil Haram Dilepas

"Bisa dibilang saat ini herd immunity di Kabupaten Sleman telah tercapai. Kalau menerapkan prokes, sebetulnya sudah aman," sebut Plt Direktur RSUD Sleman ini.

Level PPKM Sleman Bisa Turun Tapi Bisa Naik Lagi

Cahya Purnama mengaku, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian saat memperkirakan potensi berubahnya level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Kabupaten Sleman.

Di masa transisi seperti sekarang, penting bagi seluruh pihak dapat mengawal betul penerapan prokes di lapangan.

"Kalau tidak dikawal masyarakat, akan sangat sulit menuju level I. Karena level I itu sudah seperti [situasi] normal," ucap Cahya.

Dinkes Sleman punya keinginan dan upaya agar PPKM di bumi sembada bisa turun ke level I. Tak lain agar aktivitas perekonomian kembali normal dan bertumbuh.

"Situasi di Rumah Sakit sudah pulih, tetapi perekonomian kan lambat. Kami juga ingin perekonomian ikut pulih," terangnya.

Ia menjelaskan, pasien COVID-19 dengan gejala berat yang datang ke rumah sakit saat ini sudah jauh berkurang. Lebih banyak pasien COVID-19 datang bergejala ringan.

"Hal ini dimungkinkan efek vaksin yang sudah mulai bekerja untuk menghambat gejala COVID-19 berat," ucapnya.

Untuk pasien yang dirawat di isolasi terpadu, hanya ada sebanyak enam orang. Empat orang pasien di Asrama Haji dan dua orang di rusunawa 'MBR' Gemawang.

Menurut Cahya, selain vaksinasi dan protokol kesehatan, pendatang dari luar yang datang ke Sleman serta pekerja migran perlu pula jadi perhatian.

"Meskipun saat ini sudah ada penyekatan di wilayah perbatasan. Tapi untuk kendaraan pribadi, terkadang masih bisa lolos dari penyekatan," sesalnya.

Skrining di Mal Harus Ketat!

Dinkes Sleman meminta, mal dan fasilitas publik yang menggunakan kode batang aplikasi Pedulilindungi dapat ketat menerapkan skrining.

Ketika dijumpai pengunjung dengan indikator status Covid-19 berwarna merah dan hitam, pengelola menindaklanjuti dengan tidak membolehkan mereka masuk ke fasilitas publik serta berkoordinasi dengan Satgas setempat.

"Jangan hanya diukur suhu tubuhnya, kalau ketemu yang panas tinggi lalu diminta kembali. Tapi dikoordinasikan dengan Satgas, agar bisa dibawa ke isoter," urainya.

Satgas tingkat kalurahan tak kalah diminta waspada. Ketika ada warga di wilayahnya terkena Covid-19, jangan sampai pasien tersebut beraktivitas begitu saja laiknya orang sehat biasa.

"Ditangani, misalnya ada satu saja kasus positif, jangan sampai lolos. Dan orang tanpa gejala jangan sampai lepas ke tengah masyarakat," tandas dia.

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini