Dalam menulis sebuah lagu, Kukuh cenderung menghindari untuk menggunakan metafora yang berlebihan. Dia lebih memilih untuk menulis lirik yang sesuai dengan realitas.
"Untuk menulis lagu saya lebih realistis, dalam arti metafora hanya sebagian kecil seperti lagu Mendung Tanpo Udan," katanya.
Lagu Mendung Tanpo Udan, lanjutnya, mengisahkan tentang hubungan sepasang kekasih yang harus pisah karena suatu hal. Contohnya, soal perbedaan prinsip sehingga mereka harus berpisah.
"Akhirnya mereka saling mengikhlaskan satu sama lain. Bukan karena salah satu dari mereka meninggalkan," tuturnya.
Baca Juga:Muncul Klaster Covid-19, Bupati Bantul Sebut Masyarakat Mulai Abai Protokol Kesehatan
Setelah menulis lagu tersebut, Kukuh juga sudah menulis tiga lagu lainnya yang berkelindan dengan lagu ini. Lagu berikutnya adalah Udan Tanpo Mendung.
Salah satu lirik di lagu itu begini aku wong sing ra gampang sayang mergo aku wedi keroso peteng ning gon padang (aku orang yang tidak gampang sayang karena aku merasa gelap di tempat yang terang).
"Lagu ini ceritanya tentang seseorang yang teringat kenangan dengan mantannya yang tiba-tiba muncul. Ibarate ndilalah udan ning ra ono mendung (langsung hujan padahal tidak ada mendung)," jelas dia.
Lagu ketiga berjudul Mendung Ketemu Udan. Jadi ada kaitannya dengan lagu pertama di mana mereka berpisah karena prinsip, lalu di lagu kedua salah satu dari mereka ingat tentang kenangan yang indah dan pahit.
"Di lagu ini mereka ditemukan kembali karena takdir. Nek koyo ngene ki kan wes kehendak e Gusti Allah, mbok BMKG wae ora iso ngatur," selorohnya sambil tertawa.
Baca Juga:Anak Usia 6-11 Tahun Bisa Divaksin, Bupati Bantul Bilang Begini
Untuk lagu keempat berjudul Mendung Udan Terus Terang yang akan mulai digarap pada November ini. Lagu ini menceritakan tentang kejelasan hubungan pasangan ini akan dibawa ke mana.