Sekitar tahun 1950, ia berjumpa dengan abdi dalem Keraton Yogyakarta. Saat pertemuan itulah sang abdi dalem mengusulkan agar Joparto beralih profesi sebagai penjual jamu. Mengikuti saran sang abdi dalem, Joparto kemudian beralih profesi sebagai peracik sekaligus penjual jamu dimana nilai ekonomisnya dianggap lebih baik dibanding menjadi buruh batik.
Berjalannya waktu, jamu gendong buatan warga Kiringan mendapat respon baik di masyarakat. Lalu semacam gethok tular sebagian warga lainnya kemudian ikut memproduksi jamu juga. Berkembangnya produksi jamu di Kiringan juga didukung tersedianya sebagian bahan baku jamu di sekitar dusun, seperti jahe, kunyit, kencur, beras, cengkeh, jerus nipis, dan sereh. Namun ada juga bahan baku yang harus didatangkan dari luar seperti temulawak, kayu manis, dan kapulaga.
Inovasi Jamu Milenial
![Penjual jamu keliling di Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan, Desa Canden, Jetis, Bantul, Selasa (4/8/2020). [Suara.com/Hiskia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/08/04/28683-penjual-jamu-keliling-di-desa-wisata-jamu-gendong-kiringan-desa-canden-jetis-bantul.jpg)
Sebagai upaya untuk melestarikan tradisi minum jamu agar tak lekang dimakan zaman, Sutrisno (62) yang merupakan sesepuh di Kiringan, bersama warga melakukan inovasi produk jamu. Ia mengembangkan racikan jamu dalam bentuk sirup, jamu instan dan kapsul. Selain itu untuk memacu remaja akrab dengan jamu, ia juga membuat inovasi permen jamu, es jamu dan wedang jossja yang merupakan akronim dari wedang joss jamu.
“Ini terobosan buat kami sebagai upaya mengenalkan jamu agar lebih bersahabat bagi remaja dan anak-anak yang umumnya tak suka rasa pahit dari jamu,” ungkapnya .
Baca Juga:Staycation Semakin Nyaman di Hyatt Regency Yogyakarta dengan Fasilitas Ini
Rambah Pasaran Online
Sutrisno menjelaskan bahwa di Kiringan saat ini tercatat ada sekitar 132 orang perajin jamu. Sementara yang saat ini masih aktif menjajakan jamu gendong ada sebanyak 90 orang, di mana sebanyak 40 orang merupakan generasi baru.
Menariknya, lanjut Sutrisno, tak sedikit para perajin jamu gendong di Kiringan yang melakukan inovasi dalam berjualan. Memanfaatkan kecanggihan teknologi, beberapa di antaranya kini menjajakan jamu tidak dengan digendong lagi melainkan dengan dijual secara online.
“Jadi mereka menjajakannya dalam bentuk racikan bahan mentah yang sudah dikemas sehingga bisa tetap awet ketika dikirim,” ungkapnya.
Menjelma Jadi Desa Wisata Jamu
Baca Juga:Liputan Khusus: Menjegal Perdagangan Anjing di Yogyakarta
Daya pikatnya sebagai desa penghasil jamu gendong yang melegenda, membuat Dusun Kiringan dilirik banyak pengunjung sebagai kawasan wisata alternatif. Merespon banyaknya wisatawan asing maupun lokal yang berkunjung, di tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Bantul kemudian menetapkan Dusun Kiringan sebagai desa wisata sentra produksi jamu.
“Awalnya memang banyak pengunjung baik dari dalam atau luar negeri yang mampir ke Kiringan untuk sekadar meminum jamu. Baru pada 2016 lalu desa ini menerima Surat Keputusan menjadi desa wisata,” kata Sutrisno.
Untuk memberikan rasa nyaman bagi pengunjung yang singgah ke Dusun Kiringan, pengelola desa wisata menyediakan sejumlah fasilitas pendukung mulai dari home stay, transportasi untuk jemputan hingga jelajah alam dengan objek wisata utamanya yakni pengolahan jamu.
Dengan tarif Rp3 juta, wisatawan yang berkunjung ke Kiringan bisa mendapatkan paket menginap selama tiga hari dua malam. Setiap pengunjung yang datang akan diberikan jamu sebagai welcome drink .
![Penjual jamu keliling di Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan, Desa Canden, Jetis, Bantul, Selasa (4/8/2020). [Suara.com/Hiskia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/08/04/85943-penjual-jamu-keliling-di-desa-wisata-jamu-gendong-kiringan-desa-canden-jetis-bantul.jpg)
“Sebelum berkunjung ke Kiringan, wisatawan akan diajak keliling Jogja melewati Malioboro, Keraton Yogyakarta, objek wisata Becici dan sekitarnya hingga yang terakhir di Pantai Parangtritis. Pihaknya juga akan mengajak wisatawan untuk mencoba kuliner yang ada di wilayah Jogja dan Bantul,” ungkapnya.
Selama tiga hari di Kiringan, wisatawan akan diajak untuk melihat pemaparan materi tentang jamu atau menonton film yang berkaitan dengan jamu. Kemudian wisatawan akan diajak jelajah wisata ke kebun tanaman rempah-rempah milik warga yang digunakan sebagai bahan dasar membuat jamu. Selain dikenalkan dengan ragam jenis tanaman, para wisatawan juga akan diajari untuk membuat jamu sesuai resep turun temurun dari Dusun Kiringan.