Kasus di DIY Capai Ribuan, Siswa di Jogja Buat Detektor Masker Bagi Pelanggar Prokes

Bila ada pelanggar prokes, maka lampu detektor akan menyala.

Eleonora PEW
Sabtu, 11 Desember 2021 | 11:39 WIB
Kasus di DIY Capai Ribuan, Siswa di Jogja Buat Detektor Masker Bagi Pelanggar Prokes
Siswa menunjukan purwarupa solusi AI di Yogyakarta Artificial Intelegent (AI) Summit 2021 di Yogyakarta, Jumat (10/12/2021). - (Kontributor SuaraJogja.id/Putu)

SuaraJogja.id - Meski ada tindakan dari Satgas COVID-19, pelanggaran protokol kesehatan (prokes) masih saja tinggi saat ini. Satpol PP DIY mencatat, ada lebih dari seribu kasus pelanggaran prokes setiap harinya selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2.

Padahal sebelumnya saat PPKM Level 3, pelanggaran prokes di DIY berada di angka ratusan kasus per hari. Pelonggaran mobilitas masyarakat, termasuk wisatawan yang keluar-masuk ke DIY jadi salah satu penyebabnya.

Keprihatinan ini membuat sejumlah tiga siswa dari DIY, yakni Syaikhah Hanifah (SMAN 1), Estetika Nusantara Yutardo (SMA PL) dan Nabila Salima Ala (SMAN 1 Sedayu). Mereka mengembangkan Pysical Distancing and Mask Detector yang sangat bermanfaat di masa pandemi COVID-19. Detektor ini bisa mengetahui pelanggaran prokes seperti pemakaian masker dan jaga jarak.

“Kami gabungkan teknologi Computer Vision dan Convolution Neural Network sebagai alat detektor jaga jarak dan penggunaan masker," ungkap Estetika disela Yogyakarta Artificial Intelegent (AI) Summit 2021 di Yogyakarta, Jumat (10/12/2021).

Baca Juga:Pasien Covid-19 Tambah 261 Orang, DIY Penyumbang Kasus Sembuh Terbanyak Ketiga

Detektor yang bisa dipasang di ruang-ruang publik ini, menurut Estetika, cukup mudah dipasang. Detektor yang mirip CCTV ini berupa sensor di kamera yang bisa mendeteksi jarak antar-orang, deteksi pemakaian masker dan output di satu perangkat. Bila ada pelanggar prokes, maka lampu detektor akan menyala.

Alat yang dikembangkan selama sebulan ini bisa dipasang di sekolah, restoran, hotel dan perkantoran untuk memantau pelanggaran prokes pengunjung. Sehingga ruang-ruang publik tersebut bisa menjaga kapasitas pengunjung sekaligus memastikan setiap yang datang menggunakan masker sesuai prokes.

"Jadi bisa diterapkan di resto atau ruang publik yang mengisyaratkan jumlah maksimal orang.Tapi penelitian ini masih perlu dikembangkan,” ungkap Estetika.

Tim siswa lainnya, Nur Aziz (SMKN 2 Depok), Devan Cahya (SMAN 2), Nastiti Dyah (SMKN 3 Yogya), dan Harun (SMAN 1), mengembangkan Urgent Vehicle Sensor. Alat sensor tersebut dibuat untuk mengatasi persoalan kemacetan yang seringkali menghambat laju kendaraan-kendaraan prioritas seperti ambulans dan pemadam kebakaran (damkar).

"Sensor yang kami buat ini bisa dipasang kamera di persimpangan atau tempat-tempat yang berpotensi kemacetan,"ujarnya.

Baca Juga:PPKM Level 3 Dibatalkan, Pemkot Jogja Tetap Lakukan Pembatasan

Nur menambahkan, sensor buatan yang dibuat selama enam bulan tersebut masih berupa prototype, tetapi bisa dikembangkan agar bisa dimanfaatkan di ruas-ruas jalan.

"Ketika ada ambulance atau mobil damkar, akan ada pemberitahuan lewat speaker dan sirine suara di titik macet agar bisa untuk jalan kendaraan proritas," jelasnya.

Sementara Ketua Umum Yayasan Sagasitas Indonesia, Zainal Abidin mengungkapkan AI Summit ini mendorong upaya demokratisasi pendidikan Kecerdasan Artifisial dari akar rumput. Melalui program Intel Prakarsa Muda, sebanyak 21 purwarupa solusi AI dibuat sekitar 40 pelajar DIY dipamerkan dan dilombakan kali ini.

"Program ini menjadi percontohan global dalam memperkenalkan pendidikan AI kepada masyarakat khususnya generasi muda dan akan terus disempurnakan bersama dengan para pemangku
kepentingan di DIY untuk dunia pendidikan," jelasnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak