SuaraJogja.id - Harga telur ayam broiler di pasaran masih tinggi selama sepekan belakangan. Kekinian, harga produk salah satu sumber protein hewani itu tembus Rp31.750 hingga Rp32.000 per Kilogram, sebagai harga eceran tertinggi.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman Nia Astuti mengungkapkan, kenaikan harga telur terjadi di semua daerah, bukan hanya di Kabupaten Sleman.
Menurut dia, kenaikan harga telur dipicu meningkatnya permintaan untuk keperluan Natal dan Tahun Baru. Selain itu, saat ini telah memasuki masa distribusi bantuan pangan non tunai (BPNT).
"Sehingga kebutuhan telur untuk paket BPNT juga naik," kata dia, Sabtu (25/12/2021).
Baca Juga:Harga Telur Ayam dan Cabai di Cimahi Bikin Emak-emak Tepok Jidat
Ia menambahkan, telur merupakan item pokok dalam BPNT. Selain itu e-warung yang menjadi lokasi belanja kebutuhan pokok sudah ditentukan.
Membenarkan ada beragam efek yang memengaruhi harga telur, Nia menyebut tingginya harga telur juga merupakan efek ikutan dari anjloknya harga telur beberapa waktu lalu.
"Banyak peternak yang mengurangi ayam petelurnya. Saya juga dapat info harga pakan ternak juga mengalami peningkatan," tuturnya.
Terkait tingginya harga telur ini, pihaknya masih belum akan melakukan langkah intervensi harga.
"Tetapi sementara memastikan ketersediaan stok yang ada di pasar-pasar dan distributor aman," ujarnya.
Baca Juga:Peternak Ayam Petelur di Malang Ini Masih Merugi Meskipun Harga Telur Naik
Di kesempatan sama, Nia juga meminta masyarakat untuk dapat mengikuti perbaruan harga produk sembako dan sayur-mayur dengan cara mengakses laman jejaring www.hargapangan.slemankab.go.id.
Kepala Dinas Sosial Sleman Eko Suhargono mengatakan, saat ini memasuki masa pencairan terakhir BPNT di bulan Desember ini. Pasalnya, pemerintah akan mengevaluasi BPNT, dalam rakernas tingkat pusat yang membahas Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS).
"Nantinya akan diusulkan agar bantuan diberikan rutin tiap bulan. Lonjakan harga terjadi karena pencairan bantuan bulan Desember ini dirapel," ungkap dia.
Menurut jadwal, seharusnya penerima manfaat BPNT sudah mendapatkan bantuan pada Oktober, November, kemudian Desember.
"Namun diberikan Desember, dirapel. Itu yang akhirnya pembelian menjadi banyak. Kalau rutin tiap bulan, saya rasa tidak [ada lonjakan harga telur]," tutur Eko.
Kontributor : Uli Febriarni