SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Gunung api yang saat ini memasuki fase erupsi efusif tersebut tidak jarang mengeluarkan awan panas guguran dan lava.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menyatakan dalam periode satu tahun ini tepatnya di tahun 2021, Gunung Merapi sudah meluncurkan ratusan guguran awan panas. Sejauh ini guguran tersebut masih dominan mengarah ke barat daya.
"Aktivitas guguran lava dan awan panas masih terus berlangsung. Total jumlah awan panas sejak 1 Januari sampai dengan 30 Desember 2021 ada sebanyak 424 kali. Itu dominan ke arah barat daya dan sebagain ke arah tenggara," kata Hanik lewat sambungan zoom kepada awak media, Jumat (31/12/2021).
Hanik menuturkan jika saat periode awal lalu guguran itu dominan menuju ke arah Kali Boyong. Kemudian mulai memasuki bulan Juli ada perubahan arah yakni menuju ke Kali Bebeng.
Baca Juga:Gunung Merapi Luncurkan 37 Lava dalam 30 Jam Terakhir Jarak Terjauh 2 Kilometer
"Jadi sedikit ke arah barat, walaupun itu masih arah barat daya ya," ucapnya.
Kemudian dari thermal cam atau anomali panas yang ada di puncak Merapi sendiri juga berada di sebelah barat daya. Khusus dalam satu minggu ini saja, kata Hanik, guguran awan panas hanya terjadi sebanyak lima kali.
"Kalau untuk kejadian guguran minggu ini rata-rata 158 kali per hari dengan arah dominan ke Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2 kilometer," ujarnya.
Gunung Merapi sendiri diketahui memasuki fase erupsi efusif tepatnya sejak 4 Januari 2021 lalu. Dari sejak saat itu untuk data seismistas tepat untuk kegempaan internal yaitu vulkanik dangkal dan fase banyak itu menurun drastis.
Namun untuk guguran di Merapi sendiri meningkat. Hal tersebut mencerminkan adanya ekstrusi magma tersebut.
Baca Juga:Asap Kawah Merapi Membumbung hingga 300 Meter, Guguran Lava Meluncur 10 Kali dalam 6 Jam
"Lalu pada bulan April 2021 lalu mulai ada lagi peningkatan kegempaan internal hingga puncaknya mencapai 500 kali per hari pada 6 Agustus 2021. Kegempaan ini bersumber kalau dilihat dari hiposenternya ini adalah dari kegempaan dangkal atau kurang dari 1 km," paparnya.
Kemudian setelah itu, dijelaskan Hanik, kegempaan kembali menurun. Serta diikuti oleh peningkatan aktivitas guguran dan awan panas juga ada gempa low frekuensi dan hembusan.
Hal tersebut mencerminkan ada proses pelepasan gas dari magma di kedalaman dangkal. Sekaligus indikasi bahwa sistem konduit yang relatif terbuka di Gunung Merapi.
Untuk data EDM sendiri, mulai April 2021 inflasi mulai meningkat. Kemudian pada Juli meningkat lebih signifikan dan puncak pemendekan terjadi pada 6 Agustus dengan laju pemendekan mencapai 14 cm per hari.
"Kemudian total pemendekan dari 21 Juni 2020 -29 Desember 2021 sepanjang 14,3 meter," terangnya.
Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III). Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.