SuaraJogja.id - Cuaca mendung siang itu tidak menyurutkan delapan pemuda dari Yogyakarta untuk membangun tenda di tempat pengungsian sementara masyarakat terdampak Erupsi Semeru, Lumajang, Jawa Timur. Tanah yang sempat becek mereka bersihkan, di sisi lain, hal itu membantu mereka menancapkan pengait agar tenda bisa berdiri tegak.
Dibantu warga serta relawan di tempat pengungsian, tak sampai satu jam tenda besar itu berhasil didirikan. Para pemuda dan relawan menata alas serta barang-barang untuk kegiatan trauma healing anak-anak.
Lebih kurang tujuh jam perjalanan mereka tempuh dari Bantul, DIY ke Jawa Timur pada Sabtu (1/1/2022) kemarin. Beberapa alat serta bantuan mereka bawa sebagai rasa peduli terhadap korban Erupsi Semeru yang terjadi 4 Desember 2021 lalu.
Delapan pemuda yang tergabung dalam organisasi Persatuan Generasi Didik Cinta Ilmu (PGDCI) melihat tak hanya orang dewasa yang menjadi korban. Sejumlah anak-anak ikut merasakan dampak dari letusan gunung dan membuat trauma anak.
Baca Juga:Ribuan Warga Bogor Batal Dapat Bantuan Langsung Tunai, Dewan Tagih Penjelasan Dinsos
"Kami memberikan trauma healing kepada anak-anak di sana. Jelas setelah erupsi itu ada rasa shock anak-anak yang tinggal di kaki gunung Semeru," terang Ketua Umum PGDCI, Guntur Ginanjar dihubungi Suarajogja.id.id, Sabtu (8/1/2022).
Guntur sapaan akrabnya, menggambarkan bahwa rasa trauma anak terhadap bencana alam yang menewaskan puluhan korban itu masih terlihat. Bahkan ketika para pemuda menyebut erupsi atau gunung semeru ada rasa khawatir dari anak-anak.
"Jadi terlihat mereka masih sangat takut. Tapi kami tetap menenangkan mereka," jelas Guntur.
Status Semeru yang masih kerap terjadi erupsi juga dirasakan Guntur dan anggota PGDCI siang itu. Selain itu banjir lahar dingin masih sering terjadi.
"Itu juga tantangan bagi kami saat memberi trauma healing ke anak-anak. Saat berkegiatan saja masih terjadi erupsi, anak-anak yang mengetahui waktu itu langsung ketakutan," katanya.
Baca Juga:Bantuan 200 Set Alat Keselamatan Pelayaran ke Para Pemilik dan Operator Kapal Se-Kaltim
Trauma healing sendiri dilakukan dengan mengajak anak-anak bercerita kesenangannya. Di sisi lain anggota juga memberikan sedikit permainan kepada anak untuk membuatnya lebih rileks.
"Selama empat jam kami berkegiatan di sana. Mengajak anak untuk menghilangkan ketakutannya. Alhamdulillah mereka juga senang," ujar dia.
Hal itu untuk sedikit melupakan detik-detik kekacauan saat erupsi terjadi yang dirasakan anak-anak. PGDCI yang bergerak di bidang pendidikan anak menilai bahwa pemulihan rasa trauma itu penting dilakukan.
"Ini salah satu upaya yang perlu kita lakukan. Kami berharap kehadiran kami atau organisasi lain, bisa sedikit memulihkan rasa trauma anak untuk kembali beraktivitas," terang Guntur.
Tidak hanya trauma healing, pihaknya juga memberikan sejumlah bantuan kepada warga dan anak di pengungsian sementara itu. Mulai dari sembako, perlengkapan alat tulis, Al-Quran, Juz Amma, Iqro dan bantuan lain.
"Kami menggelar kegiatan itu di 2 posko. Harapannya aktivitas kami bisa memberi kesan pada anak-anak serta warga pengungsian. Minimal mereka sedikit mengurangi rasa khawatirnya di wilayah bencana itu," kata dia.