Cerita Pria Lulusan SD di Bantul Pembuat Robot Raksasa, China dan Eropa Kepincut Karyanya

Fery menyebut robot raksasa buatannya dipesan China hingga ke Eropa.

Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Selasa, 11 Januari 2022 | 18:46 WIB
Cerita Pria Lulusan SD di Bantul Pembuat Robot Raksasa, China dan Eropa Kepincut Karyanya
Fery berdiri di samping robot replika Transformers setinggi empat meter. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Suara kicau burung bercampur bersahutan dengan suara mesin gerinda di sebuah pekarangan di Padukuhan Siluk II, Kalurahan Selopamioro, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul. Di sebuah bangunan bilik bambu yang terdapat di areal pekarangan itu, tampak sosok mencolok sebuah robot berukuran raksasa.

Pembuat robot raksasa itu diketahui Fery Dian Sutomo (36) dan rekannya yakni Yuli. Fery menyebut robot setinggi empat meter berwarna oranye dan hitam yang mirip karakter di film Transformers itu pesanan dari China.

"Robot ini sudah laku terjual seharga Rp40 juta, pembelinya adalah orang China," ujar Fery ditemui SuaraJogja.id pada Selasa (11/1/2022).

Fery (kiri) sedang memotong besi dari kerangka sepeda motor untuk dibuat robot. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)
Fery (kiri) sedang memotong besi dari kerangka sepeda motor untuk dibuat robot. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

Fery menuturkan sudah membuat robot serupa Transformers sejak 2018. Sejatinya dia adalah seorang pematung dan tidak pernah kepikiran untuk membuat robot seperti ini.

Baca Juga:Kendalikan Harga Minyak Goreng, Bantul Akan Laksanakan Operasi Pasar

"Saya aslinya pembuat patung dari akar kayu jati sejak 2003. Kalau patung dari akar kayu jati sudah banyak sekali yang saya buat mulai dari bentuk hewan ataupun manusia," terangnya.

Keahliannya memahat patung menurun dari ayah yang seorang seniman. Ayahnya yang telah mengenalkannya dengan teknik memahat.

"Sejak saya SD sudah diajarkan cara memahat patung oleh ayah saya. Dia juga seorang pelukis dan pemahat," kata pria lulusan SD Siluk ini.

Robot Dikirim ke Eropa

Kepiawaiannya dalam menyusun anatomi sebuah patung dan robot diperoleh secara autodidak selama kurang lebih 19 tahun terakhir. Awal mulanya dia mengerjakan robot tersebut karena ada permintaan dari seorang pembeli di China.

Baca Juga:Enam Hari Berturut-turut, Bantul Catat Nol Tambahan Kasus Covid-19

"Tahun 2018 itu saya diminta untuk membuatkan robot dari barang-barang bekas. Ya sudah saya sanggupi, yang pesan robot ini juga sama kok dengan Mas Eri yang buat robot di Pandak, Bantul," katanya.

Sejak 2018 sampai sekarang ini, dia sudah membuat robot sebanyak 20 unit. Robot hasil karyanya tidak hanya dikirim ke China, namun juga ke Benua Eropa.

"Rencana robot yang sedang saya kerjakan ini mau dikirim ke Jerman dan Belanda," ungkapnya.

Fery menjelaskan untuk satu unit robot satu robot memakan waktu pengerjaan sekitar dua minggu hingga satu bulan. Modal yang dikeluarkan untuk membuat satu robot sekitar Rp10 juta.

"Uang tersebut saya belanjakan untuk cari barang-barang bekas di pengepul," kata dia.

Bahan Bekas

Ia tidak hanya terpaku dengan satu bahan bekas tertentu, barang bekas mulai dari onderdil sepeda motor, mobil, truk, kipas angin, hingga kontainer digunakan. Adapun alasan dia tidak terpaku dengan bahan baku seperti kendaraan bekas lantaran khawatir bila itu adalah barang curian.

"Jadi limbah apa saja dipasang, termasuk kipas angin, tidak harus motor yang penting cocok ya diambil. Dan kami tidak pernah beli kendaraan utuh karena semisal itu ternyata barang curian, bisa dianggap penadah oleh polisi," paparnya.

Usai mendapat barang-barang bekas yang dibutuhkan, besi-besi itu selanjutnya dipilah dan dibersihkan dari karat. Kemudian ia pun membuat kerangka robot yang sudah dipesan.

"Setelah besi-besinya dibersihkan dan kerangkanya jadi, baru mulai dipasang mulai dari kaki sampai kepala," katanya.

Untuk satu unit robot yang sudah jadi dibanderol dengan harga mulai Rp30-100 juta. Ia menyatakan, semakin mahal harganya maka robotnya semakin detail dan rapi.

"Enggak hanya detail dan rapi tetapi juga bahannya kami pakai besi-besi yang berkualitas," imbuh dia.

Terdampak Pandemi

Adapun dua kendala yang dialaminya ialah pencarian bahan baku serta saat proses perakitan. Untuk bahan baku, tak jarang dia sudah berkeliling ke sejumlah pengepul barang bekas namun nihil. Sedangkan kendala proses perakitan yaitu ada di bagian perut sampai kepala.

"Kendalanya adalah mencari bahan baku, sering kali keliling Jogja tidak dapat apa-apa dari penjual barang bekas. Kalau saat merakitnya, bagian paling atas karena harus memanjat," ujarnya.

Fery (kiri) sedang memotong besi dari kerangka sepeda motor untuk dibuat robot. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)
Fery (kiri) sedang memotong besi dari kerangka sepeda motor untuk dibuat robot. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

Saat terjadi pandemi Covid-19 pada Maret 2020, dia sempat menghentikan proses produksi robot. Pasalnya, saat itu tidak ada kontainer yang bisa mengirim robotnya ke luar negeri.

"Selain enggak ada kontainer yang mau angkut robot saya, kalaupun ada harganya mahal banget," terangnya.

Ia menambahkan, untuk pembeli dari Jogja adalah seorang dosen Universitas Gadjah Mada (UGM). Robot itu saat ini diletakkan di Tegaldowo, Bantul.

"Pesan robotnya di tempat saya tahun lalu dan katanya diletakkan di Desa Wisata Tegaldowo," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak