Bonus Tak Kunjung Turun, Ayah Atlet Tuna Rungu di Bantul Lapor ke Ombudsman

Atlet tunarungu asal Bantul yang ikut serta dalam Peparpenas 2019 urung terima bonus yang dijanjikan.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 11 Januari 2022 | 19:54 WIB
Bonus Tak Kunjung Turun, Ayah Atlet Tuna Rungu di Bantul Lapor ke Ombudsman
Sarjana (49) melaporkan masalah bonus kejuaraan yang belum diterima anaknya ke Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DIY, Selasa (11/1/2022). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Sarjana, pria berusia 49 tahun mendatangi kantor Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DIY pada Selasa (11/1/2022). Kedatangan warga Jetis, Bantul itu dilakukan demi membangkitkan kembali semangat anaknya yang terkasih Shela Nur Fa'izah (17).

Shela sendiri merupakan seorang anak tuna rungu dengan segudang prestasi di bidang atletik. Dibuktikan dengan tiga medali emas di ajang Pekan Paralympic Pelajar Nasional atau Peparpenas 2019 lalu.

Tiga medali emas itu dapat dari cabang olahraga lari 100 meter, lari 200 meter dan lompat jauh. Prestasi gemilang itu ditorehkan Shela saat baru menginjak pendidikan menengah pertama di sebuah SLB yang berada di Bantul.

"Anak saya itu atlet lari mewakili DIY ke Jakarta. Yang kami harapkan itu untuk menambah semangat dari anak itu supaya tetap prestasi terjaga dan tidak patah semangat. Terkait bonus dan lain-lain itu sebetulnya tidak kami permasalahkan nominal berapanya, cuma yang bikin saya kecewa sejauh ini masalahnya anak saya kok jadi patah semangat," kata Sarjana.

Baca Juga:Cerita Pria Lulusan SD di Bantul Pembuat Robot Raksasa, China dan Eropa Kepincut Karyanya

Sarjana menegaskan bahwa semangat anaknya itu anjlok akibat bonus dari raihan prestasi sebelumnya belum diberikan. Padahal hal itu memang sudah sempat dijanjikan oleh pendamping atau pelatih anaknya dulu sebelum dan setelah bertanding.

"Karena (bonus) itu memang pernah diutarakan dan dijanjikan sama pendamping atau pelatih," ungkapnya.

Sudah sejak Peparpenas 2019 lalu itu hingga sekarang belum ada kejelasan mengenai bonus yang dijanjikan kepada anaknya itu. Semenjak itu juga Sarjana memperjuangkan hak anaknya dengan bertemu berbagai pihak agar masalah ini bisa terselesaikan.

"Sudah ke Balai Pemuda dan Olahraga (BPO) DIY, Disdikpora DIY, dari dinas disuruh ke Kepatihan (Pemda DIY). Saya berhenti dulu, apa saya harus ketemu Gubernur atau gimana, kalau terpaksa saya pun bisa datang minta keadilan dengan adanya anak seperti itu. Sampai sejauh itulah saya berjuang dengan adanya seperti itu," tuturnya.

Hingga sampai pada titik ini, Sarjana pun akhirnya memutuskan mendatangi ORI DIY untuk membuat pelaporan terkait persoalan yang menimpa anaknya itu. Ia menyatakan persoalan ini sangat mempengaruhi semangat anaknya untuk kembali melanjutkan prestasinya.

Baca Juga:Kendalikan Harga Minyak Goreng, Bantul Akan Laksanakan Operasi Pasar

"Masalah prestasi yang sudah tercapai gara-gara bonus tidak keluar itu kok anak saya jadi patah semangat. Memang karena anak saya dari kecil benar-benar sudah menderita karena anak difabel tuna rungu, sudah meraih kebahagiaan mendapat 3 medali emas itu kok tiba-tiba patah (semangat) karena hal-hal seperti itu," paparnya.

Bahkan persoalan ini kekecewaan yang dirasakan oleh sang anak memuncak hingga tidak lagi mau atau menolak untuk kembali tampil dalam berbagai kejuaraan. Latihan pun, kata Sarjana sudah tidak ada semangat lagi.

"Latihan setelah itu enggak pernah, dulu rajin setiap ada jam waktu latihan tetap rutin terus cuma setelah itu dia tidak mau ikut latihan," ucapnya.

"Harusnya ikut di Palembang dan Papua karena sudah dikabari oleh pelatihnya untuk ikut, tapi Shela tetap enggak mau. Ya karena itu sepersen pun (bonus) dari tingkat nasional masa enggak ada sama sekali. Nah itu kekecewaan anak saya seperti itu," sambungnya.

Ditambahkan Sarjana, bukan jumlah nominal yang dituntut olehnya dalam persoalan ini. Melainkan penepatan janji dan apresiasi yang layak untuk diberikan kepada anaknya agar semangatnya bisa kembali muncul.

"Saya enggak bisa bicara apa-apa karena masalah nominal itu bukan suatu nilai yang berharga bagi saya. Tapi yang sangat berharga adalah mental anak saya supaya cuma bisa pulih," tegasnya.

Sementara itu, Ketua ORI DIY Budi Masturi menyampaikan bahwa jawatannya masih akan terlebih dulu mencari data mengenai persoalan ini. Termasuk juga dengan rencana untuk melakukan klarifikasi ke pihak pelatih maupun instansi-instansi terkait lainnya.

"Kita harus klarifikasi ke pelatih apakah dianggarkan atau bagaimana Kita akan dengarkan keterangan pelatihnya. Kalau dianggarkan kok belum direalisasikan," ujar Budi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini