SuaraJogja.id - Atas menyebarnya Covid-19 varian Omicron, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti anggapan Covid-19 seperti flu. Menurut WHO, sebaiknya jangan dulu menganggapnya sebagai penyakit endemis seperti flu.
Pada Selasa (11/1/2022), WHO memang mengatakan bahwa COVID-19 varian Omicron bakal menginfeksi lebih dari separuh warga Eropa.
Eropa mencatat lebih dari 7 juta kasus baru pada pekan pertama 2022, dua kali lipat lebih dari periode dua pekan, kata direktur WHO untuk Eropa Hans Kluge saat konferensi pers.
"Pada tingkat ini, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) memperkirakan bahwa lebih dari 50 persen populasi di kawasan tersebut akan terinfeksi Omicron dalam 6-8 pekan ke depan," kata Kluge, merujuk pada pusat penelitian di Universitas Washington.
Baca Juga:Omicron Makin Menggila, Pemda DIY Gencarkan Vaksin Booster
Sebanyak 50 dari 53 negara di Eropa dan Asia Tengah melaporkan kasus varian yang lebih menular tersebut, katanya.
Namun, muncul bukti bahwa Omicron memengaruhi saluran pernapasan atas ketimbang paru-paru, sehingga menyebabkan gejala yang lebih ringan dari varian sebelumnya.
Kendati demikian, WHO memperingatkan lebih banyak studi diperlukan untuk membuktikan hal tersebut.
Pada Senin Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan mungkin sudah saatnya untuk mengubah cara melacak evolusi COVID-19 daripada menggunakan metode serupa untuk flu, sebab tingkat kematiannya sudah menurun.
Itu artinya akan memperlakukan virus seperti penyakit endemi, bukan pandemi, tanpa mencatat kasus dan tanpa memeriksa setiap orang yang bergejala.
Baca Juga:Berita Terpopuler: Potret Tukul Arwana Usai Pendarahan Otak, Hingga Malaysia Hapus Penguncian
Namun, itu "masih jauh", kata pejabat kedaruratan senior WHO untuk Eropa, Catherine Smallwood, saat konferensi pers. Menurutnya, endemisitas menghendaki penularan yang stabil dan dapat diprediksi.
"Kita masih mempunyai segudang ketidakpastian dan satu virus yang berkembang dengan pesat, yang menghadirkan tantangan baru. Kita tentu saja tidak berada pada titik di mana kita dapat menyebutnya endemi," kata Smallwood.
"Pada waktunya nanti bisa saja menjadi endemi, namun menetapkannya (terjadi) pada 2022 agak sulit di tahap ini." [ANTARA]