Relokasi PKL, Puspar UGM Berharap Malioboro Tak Diubah seperti Jalan Thamrin Jakarta

"Jadi 'Ke-Malioboro-annya' harus tetap ada, roh Malioboro-nya harus tetap menonjol."

Eleonora PEW
Rabu, 02 Februari 2022 | 19:59 WIB
Relokasi PKL, Puspar UGM Berharap Malioboro Tak Diubah seperti Jalan Thamrin Jakarta
Pedagang baju dan batik Wawan Yudiana melayani pelanggan yang berbelanja di Teras Malioboro II, Kota Jogja, Rabu (2/2/2022). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Sempat mendapat protes, relokasi PKL Malioboro telah dimulai. Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) pun berharap supaya kawasan wisata yang menjadi salah satu iko Kota Jogja ini tidak berubah wujud seperti kawasan jalur pedestrian di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat pascarelokasi PKL.

"Harus dijamin Malioboro tidak berubah sosok seperti (jalur pedestrian) di Jalan MH Thamrin di Jakarta sana yang ada gedung-gedung pencakar langit di sisi kanan kiri jalan," kata Kepala Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM Prof Janianton Damanik saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu.

Ia tidak ingin pascarelokasi PKL, sisi kiri dan kanan Jalan Malioboro justru kelak dihiasi bangunan-bangunan pencakar langit laiknya kawasan jalur pedestrian di Jalan Sudirman-MH Thamrin, Jakarta Pusat.

"Jadi 'Ke-Malioboro-annya' harus tetap ada, roh Malioboro-nya harus tetap menonjol," ucap Janianton.

Baca Juga:Mulai Jualan di Teras Malioboro II, Wawan Mengaku Sudah Kantongi Rp300 Ribu

Salah satu cara agar daya pikat yang melekat di Malioboro tidak hilang ialah dengan tidak membiarkan kawasan itu sekadar menjadi jalur pedestrian pada umumnya.

Pemerintah DIY, menurut dia, perlu menerjemahkan makna Malioboro sebagai bagian dari sumbu filosofi Yogyakarta melalui berbagai narasi yang dipadu dengan atraksi seni dan budaya di sepanjang jalur itu.

"Kalau jalur pedestrian itu tidak ada event tentu kurang menarik. Kalau sekadar orang datang ke Malioboro untuk jalan saja itu kan tidak mungkin," tutur dia.

Menurut Guru Besar Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM ini, Pemda DIY memiliki sumber daya yang besar untuk merevitalisasi imej Malioboro, salah satunya dengan menggandeng Institut Seni Indonesia (ISI).

Dinas Kebudayaan DIY, kata dia, bisa memetakan berbagai sumber potensi kesenian dan kebudayaan untuk tampil di Malioboro secara berkala dengan menyusun agenda wisata (calendar of event).

Baca Juga:PKL Malioboro Boyongan ke Lapak Baru, Wisatawan Jadikan Ajang Selfie di Teras Malioboro II

"Anak-anak ISI itu kan orang-orang kreatif, ya sudah misalnya satu minggu sekali bisa pameran di situ," kata dia.

Meski kelak PKL tak lagi dijumpai di selasar kiri dan kanan Malioboro, ia yakin kawasan sentra wisata belanja di pusat Kota Yogyakarta itu tetap memikat wisatawan asalkan rohnya tetap terjaga.

Sebaliknya, ia optimis penataan yang kini tengah dilakukan Pemda DIY bersama Pemkot Yogyakarta justru semakin membuat Malioboro lebih asri dan indah sehingga semakin mengundang wisatawan datang.

Ia tidak memungkiri bahwa sebagian wisatawan akan merasa kehilangan dengan pemandangan PKL yang melekat di kawasan itu.

"Tapi kan ke depan kita bicara market millenial yang sudah ahistoris dengan masa lalu Malioboro. Jadi dari sisi itu tidak terlalu berpengaruh," kata dia.

Kendati demikian, ia meminta Pemda DIY tetap menjamin daya jual dagangan PKL Malioboro di Teras Malioboro 1 maupun Teras Malioboro 2 dengan mengoptimalkan strategi promosi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak