Milisi di salah satu wilayah pemberontak, Luhansk, mengatakan pada Minggu bahwa dua warga sipil telah tewas dan lima gedung rusak akibat penembakan oleh militer Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada Sabtu laporan yang mengatakan bahwa tentaranya telah menembaki pemberontak "benar-benar kebohongan".
Insiden-insiden itu terjadi setelah Rusia mengerahkan tentara –jumlahnya diperkirakan oleh Barat mencapai 150.000 atau lebih– ke bagian utara, timur dan selatan negara itu.
Rusia telah membantah akan menyerang Ukraina, meskipun tentaranya telah dikerahkan. PM Johnson mengatakan pengerahan itu merupakan persiapan untuk menghadapi konflik besar.
Baca Juga:Soroti Ekspansi NATO Terkait Krisis Ukraina, China Minta Kembali ke Perjanjian Minsk II
Para menteri luar negeri kelompok negara kaya G7 mengatakan pada Sabtu mereka tidak melihat bukti bahwa Rusia sedang mengurangi aktivitas militernya di wilayah itu. Mereka mengaku masih sangat prihatin dengan situasinya.
Rusia memerintahkan pengerahan militer beberapa bulan lalu sembari menuntut NATO untuk tidak menerima Ukraina sebagai anggota. Moskow mengatakan peringatan Barat tentang rencana Rusia menyerang Ukraina adalah histeria dan berbahaya.
Kendati demikian, Rusia telah memperingatkan tentang adanya tindakan "militer secara teknis" jika tuntutan mereka, termasuk penarikan mundur NATO di Eropa Timur, tidak dipenuhi.