SuaraJogja.id - Pemerintah Hong Kong melaporkan 37.529 kasus baru dan 150 kematian akibat COVID-19 pada Sabtu ketika infeksi menyebar luas ke panti jompo dan fasilitas kesehatan kewalahan.
Angka kasus harian itu lebih rendah dari 52.523 kasus pada Jumat, tapi masih jauh di atas rata-rata 100 infeksi pada awal Februari. Tahun lalu, Hong Kong malah tidak mencatat satu kasus pun selama tiga bulan terakhir sebelum 31 Desember.
Otoritas kesehatan mengatakan lebih dari 900 panti jompo telah terpapar.
Penasihat ahli pemerintah Prof David Hui mengatakan pada Sabtu dia yakin sekitar 15 persen dari 7,4 juta penduduk Hong Kong telah terinfeksi COVID-19, media penyiaran RTHK melaporkan.
Baca Juga:Ulasan Film China 'Ode to the Spring', Tentang Pandemi Covid-19 yang Tayang Awal April
Lonjakan kasus telah mengurangi jumlah pekerja aktif di sektor perawatan kesehatan, transportasi publik, pengelola mal, toko swalayan dan apotek.
Banyak rak di toko swalayan kembali kosong meskipun pemerintah mengatakan ada banyak pasokan makanan segar dari China daratan dan masyarakat tak perlu membeli berlebihan.
Dua jaringan swalayan terbesar di kota itu mulai membatasi pembelian makanan dan obat pada Jumat untuk mencegah aksi borong di tengah kekhawatiran publik pada isu lockdown total.
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam sebelumnya mengatakan tidak akan ada lockdown total meskipun banyak penduduk kesal dan frustrasi dengan informasi pemerintah yang berbeda-beda dan kebijakan COVID yang kerap berubah.
Pada Sabtu, Pos Hong Kong mengatakan pihaknya akan menghentikan layanan kurir dan pengiriman paket domestik, kecuali "jasa esensial", mulai Senin sampai waktu yang belum ditentukan.
Baca Juga:Sebanyak 429 Tenaga Kesehatan di Kulon Progo Terserang COVID-19
Sejak awal pandemi pada akhir 2019, Hong Kong telah mencatat lebih dari 403.000 kasus COVID dan sedikitnya 1.560 kematian, jauh lebih rendah dari banyak kota lainnya. Sebagian besar kasus dan kematian dilaporkan dalam sebulan terakhir.
Meski kota itu menerapkan kebijakan "nol COVID", lonjakan kasus telah membuat penduduk frustrasi, menutup tempat usaha dan memisahkan anggota keluarga. Banyak pekerja asing telah meninggalkan kota yang menjadi pusat keuangan global itu.