7 Alat Musik Sumatera Barat, Dipakai untuk Ritual hingga Syiar Islam

Sumatera Barat dikenal sebagai daerah dengan banyak jenis alat musik, mulai alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup, dipukul maupun digesek.

Nur Afitria Cika Handayani
Senin, 07 Maret 2022 | 14:04 WIB
7 Alat Musik Sumatera Barat, Dipakai untuk Ritual hingga Syiar Islam
Permainan Rabab Pasisie (rabab pasisia). [Antara]

SuaraJogja.id - Kesenian Sumatera Barat yang berasal dari masyarakat Minangkabau kental pengaruh dari musik Melayu. Alat musik Sumatera Barrat juga tak bisa dipisahkan dengan nuansa Islam.

Dimulai dari era musik melayu Qasidah dan Gurindam pada tahun 635-1600 pada saat penyebaran Islam dimulai. Umumnya musik Sumatera Barat dimainkan dengan alat-alat musik seperti talempong, saluang, sarunai, rebana, juga gandang.

Masing-masing alat musik memiliki ciri khas tersendiri. Berikut ini penjelasan mengenai jenis-jenis alat musik Sumatera Barat.

1. Sarunai

Baca Juga:Penjelasan Alat Musik Kastanyet, Sejarah hingga Fungsinya

Sarunai atau sering disebut dengan “puput serunai” adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup.

Alat musik ini diperkirakan datang dari nama shehnai yang merupakan alat musik dari dataran India Utara. Namun sekarang menjadi populer sebagai alat musik tradisional masyarakat Minangkabau yang dapat ditemukan dan berkembang di kabupaten Agam, Tanah Datar dan Lima Puluh Kota.

Sarunai dapat dibuat dengan bahan seperti kayu, batang padi, bambu, tanduk kerbau dan daun kelapa. Sarunai memiliki nada pentatonis “do-re-mi-fa-sol” yang biasa dimainkan dalam acara-acara adat seperti perkawinan, batagak pangulu, saat memanen padi sampai pertunjukan pencak silat Minang.

Sarunai dapat dimainkan secara solo atau tunggal. Dapat pula dikombinasikan dengan alat musik tradisional lain seperti talempong, gendang dan alat musik lain yang menghasilkan irama tradisional khas Minang.

2. Saluang

Baca Juga:10 Alat Musik Jawa Tengah Serta Cara Memainkannya

Saluang merupakan alat musik tiup mirip suling. Bedanya, saluang hanya memiliki empat lubang sebagai pengatur nada yang menghasilkan nada-nada diatonis.

Saluang terbuat dari bambu tipis yang disebut dengan talang. Masyarakat Minangkabau percaya bahwa talang yang sangat baik untuk dijadikan saluang adalah talang yang ditemukan hanyut di sungai.

Memainkan saluang sangatlah sulit, perlu latihan khusus yang cukup memakan waktu. Memainkan saluang harus meniup dan menarik napas secara bersamaan yang disebut dengan teknik menyisiahkan angok yang berarti menyisihkan napas.

Saluang seringkali digunakan untuk ritual-ritual adat. Ritual yang paling bernuansa magis dan cukup mengerikan berasal dari daerah Payakumbuah yang digunakan sebagai pengantar sihir.

Selain digunakan sebagai ritual, siluang dimainkan pada acara-acara adat yang ramai pengunjung seperti pesta perkawinan, batagak rumah, batagak pangulu, dan sebagainya.

Acara ini biasa dimainkan setelah shalat isya sampai menjelang shubuh yang berisi tentang mengenang kampung halaman atau terhadap kehidupan masa lalu, sekarang dan masa depan.

3. Bansi

Bansi adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup. Bansi memiliki bentuk tabung silinder layaknya suling.

Ada perbedaan antara bansi dari Sumatera Barat dengan bansi yang berasal dari Aceh yakni pada ukurannya yang lebih kecil.

Bansi terbuat dari bahan bambu talang atau bambu sariak yang merupakan jenis bambu kecil dan cukup tipis yaitu sekitar 33,5-36 cm dengan diameter 2,5-3 cm.

Bansi memiliki 7 buah lubang yang memiliki fungsinya tersendiri, 6 buah lubang sebagai pengatur nada dan 1 buah lubang udara tempat meniup alat musik ini. Bansi memiliki nada diationik atau nada standar.

Jadi alat musik tradisional ini dapat memainkan lagu-lagu tradisional dan lagu-lagu modern.

4. Rabab

Rabab adalah alat musik tradisional khas Minangkabau yang digunakan dalam penyebaran agama Islam oleh pedagang Aceh pada masa lampau.

Ada tiga buah jenis rabab di suku Minangkabau yakni Rabab Darek, Rabab Pasisia dan Rabab Piaman. Rebab jenis darek tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Minangkabau di daerah darek yang disebut Luhak nan Tigo meliputi daerah Tanah Datar, Agam dan Lima Puluh Kota.

Sedangkan pasisia adalah sebutan untuk menyebut daerah pantai barat Minangkabau, terutama daerah Pesisir Selatan yang menurut geohistorisnya dikasifikasikan kepada daerah Rantau Pasisia tempat berkembangnya rabab pasisia.

Masyarakat Pesisir Selatan meyakini rabab pasisia merupakan wujud eksistensi seni tutur kaba yang dikenal dengan nama basikambang.

Rabab jenis ini memiliki ciri khas yang berbeda dibandingkan rabab lainya menyusul pengaruh budaya Portugis. Bentuknya seperti biola yang memiliki 4 buah dawai.

Adapun Rabab Piaman memiliki 3 buah tali atau dawai yang memiliki badan alat musik yang terbuat dari tempurung kelapa, berfungsi sebagai resonator suara. Badan yang terbuat dari bahan tempurung kelapa ini mirip dengan alat musik kamanchay dari Persia.

5. Talempong

Talempong merupakan alat perkusi atau alat musik pukul khas yang berasal dari Minangkabau. Alat musik tradisional ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan bonang dalam perangkat gamelan.

Talempong terbuat dari bahan kayu dan batu pada zaman dahulu. Namun sekarang lebih banyak menggunakan bahan dasar logam seperti kuningan.

Talempong merupakan alat musik yang terdiri dari beberapa unit talempong yang memiliki nada berbeda-beda atau bervariasi.

Oleh karena itu talempong seringkali digunakan sebagai pengiring tari, pertunjukan dan penyambutan tamu.

Tarian yang seringkali diiringi talempong ialah tari piring, tari pasambahan, tari alang suntiang pangulu dan tari gelombang.

Talempong dapat juga dimainkan dengan alat musik lain seperti akordeon, saluang, gandang, sarunai dan instrumen musik tradisional Minangkabau lainya.

6. Pupuik Tanduak

Pupuik Tanduak berasal dari kata “pupuik” yang berarti peluit dan “tanduak” yang berarti tanduk. Jadi alat musik ini adalah peluit yang terbuat dari tanduk, tanduk kerbau.

Pupuik tanduak merupakan alat musik tradisional yang bukan berfungsi sebagai pengiring tari atau nyanyian tradisional.

Karena memiliki nada tunggal, jadi alat musik ini digunakan sebagai penanda salat Maghrib, Isya, dan Subuh serta sebagai tanda adanya pengumuman dari pemuka kampung.

7. Pupuik Batang Padi

Jika pupuik tanduak terbuat dari tanduk, pupuik batang padi adalah sebuah peluit yang terbuat dari batang padi.

Pada ujung ruas batang padi dibuat seperti lidah. Apabila ditiup akan mengasilkan celah yang dapat menimbulkan bunyi. Sedangkan pada ujung pupuik ini dililit dengan menggunakan daun kelapa yang menyerupai terompet yang berfungsi sebagai pengeras suara.

Bunyi yang dihasikan oleh pupuik ini sangat khas. Bunyinya melengking dan dapat diatur menggunakan jari pada lilitan daun kelapa. Semakin ditekan semakin melengking suara yang dihasilkan.

Itu dia beberapa alat musik Sumatera Barat. Alat musik tradisional Sumatera Barat merupakan turunan nenek moyang dari generasi ke generasi.

Namun ada juga sebagian alat musik yang merupakan serapan dari kebudayaan lain dari luar provinsi. Tugas kita sebagai generasi penerus untuk menjaga dan melestarikan alat musik tersebut.

Kontributor : Alan Aliarcham

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini