Sama-Sama Bergejala Pendarahan Dubur, Kenali Beda Wasir dan Kanker Usus Besar

Kita perlu mengenali tentang perbedaan antara wasir dan kanker usus besar.

Eleonora PEW
Senin, 14 Maret 2022 | 17:55 WIB
Sama-Sama Bergejala Pendarahan Dubur, Kenali Beda Wasir dan Kanker Usus Besar
Ilustrasi buang air besar (Unsplash/Giorgio Trovato)

SuaraJogja.id - Pendarahan di saluran pencernaan umumnya ditandai dengan pendarahan pada dubur. Sebagian besar penyebab pendarahan dubur memang wasir, tetapi buang air besar (BAB) berdarah tetap perlu diwaspadai dan ditangani lebih lanjut untuk menemukan penyebab dan solusi yang tepat.

Pendarahan dubur bisa disebabkan oleh kondisi kanker atau prakanker, di mana polip prakanker berada di dekat ujung usus besar (usus besar) dan dapat meniru perdarahan dari wasir.

Oleh sebab itu, kita perlu mengenali tentang perbedaan antara wasir dan kanker usus besar.

Wasir
Gejala seseorang yang mengalami wasir yakni pendarahan dari dubur dapat disertai pembengkakan, nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah anus, bahkan bisa ada rasa gatal atau iritasi di daerah anus.

Baca Juga:Selalu Alami Pendarahan setelah Berhubungan Seks, Apakah Perlu Khawatir?

Kemudian, wasir yang berupa tonjolan mungkin bisa diraba di dalam anus, sedangkan wasir yang menonjol melalui rektum dapat secara spontan kembali masuk ke posisi semula di dalam rektum serta mengejan saat buang air besar dengan buang air besar yang sering.

Kanker Usus Besar
Sementara itu, seseorang yang mengalami kanker usus besar memiliki gejala seperti perdarahan dari dubur, jarang ditemukan rasa nyeri di daerah anus, kotoran disertai lendir dan noda darah.

Kemudian, polip atau massa di dalam anus ditemukan saat pemeriksaan oleh dokter spesialis, Tidak ada massa atau benjolan yang menonjol keluar serta sering buang air besar namun terasa buang air besar tidak tuntas.

Berdasarkan data WHO tahun 2020, kanker usus besar adalah kanker terbanyak keempat di Indonesia, setelah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker paru.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Abdul Aziz Rani, menjelaskan bahwa hal tersebut dapat terjadi karena kanker usus umumnya tidak memiliki gejala pada stadium awal, sehingga seseorang lebih sulit mendeteksinya.

Baca Juga:Bukan Hanya Pendarahan, Ini 4 Fase Menstruasi yang Dialami Perempuan

Hal inilah yang menyebabkan banyak pasien yang baru menyadari penyakit ini di stadium lanjut. Oleh karena itu, Abdul mengimbau agar masyarakat dapat melakukan deteksi dini kanker usus besar agar penanganan pun dapat dilakukan lebih awal.

“Kanker usus besar umumnya tidak bergejala pada stadium awal sehingga seringkali pasien datang sudah pada stadium lanjut. Itulah sebabnya deteksi dini kanker usus besar sangat penting terutama jika Anda memiliki faktor risiko," kata Abdul dikutip dari siaran pers, Senin.

Seseorang yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami kanker usus besar adalah memiliki orang tua, saudara kandung, atau kerabat dekat dengan riwayat kanker usus besar (faktor genetik), pernah terdiagnosa polip pada usus besar dan pernah menjalani terapi radiasi pada area perut atau pelvis.

Selain itu, seseorang yang memiliki gaya hidup tidak sehat seperti merokok, pola makan tidak sehat, kurang olahraga, dan konsumsi alkohol berlebih juga memiliki risiko yang tinggi. Selanjutnya, seseorang yang memiliki riwayat penyakit diabetes dan obesitas pun juga berisiko mengalami kanker usus besar.

Di sisi lain, dr Hendra Nurjadin selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterology dan Hepatology dari Mayapada Hospital Tangerang mengimbau bahwa deteksi dini terhadap kanker usus besar memang perlu untuk dilakukan.

Deteksi dini pun dapat dilakukan dimulai pada usia 50 tahun ke atas jika tidak ada riwayat keluarga dengan kanker usus. Sementara deteksi dini untuk seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker usus besar dapat memeriksa di rentang usia 40 tahun ke atas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak