“Pertama, unsur defensif. Nah defensif di sini adalah upaya mempertahankan diri. Secara umum, kalau siapa pun ada di tempatnya sekarang, ya akan begitu sepertinya. Orang akan defensif membela dirinya, mencari aman bagi dirinya,” terang Joice Manurung.
Selain defensif, makna dari perilaku Doni Salmanan ini menunjukkan ciri dari powerless atau tidak memiliki power pada saat itu.
“Jadi kalau selama ini dia bisa mempertontonkan dirinya sebagai sosok yang menonjol, hero misalnya ya. Nah, di posisi ini kebalikannya. Justru dia tidak merasa berdaya. Perlu diketahui bahwa jari jemari ini menunjukkan seberapa besar orang aman dan nyaman memperlihatkan dirinya di publik. Nah kalau ini disembunyikan, ya mengartikan sebaliknya,” jelasnya.
Pada saat yang sama, Doni Salmanan terlihat mengangkat kedua tangan untuk menyapa pada wartawan yang hadir.
Baca Juga:Ke Mabes Polri, Atta Halilintar Kembalikan Tas Pemberian Doni Salmanan
Namun setelah menyapa, Doni Salmanan menyembunyikan tangannya kembali ke dalam kantong celana.
Hal ini menurut pakar ekspresi merupakan cara untuk mempertahankan diri.
“Karakter yang menyenangkan, nah dia angkat tangan ke atas ya (menyapa wartawan) ini kan sebuah cara untuk memperlihatkan dirinya terbuka pada publik. Tapi kemudian dia akan katupkan kembali. Nah ketika mengatupkan ini lah unsur defensifnya muncul lagi. Jadi kalau kita lihat ada dua ciri perilaku yang menunjukkan unsur defensif,” terang Joice Manurung.
Selain itu, memasukkan tangan ke dalam kantong juga tanda bahwa Doni Salmanan sedang merasa cemas.
“Kalau kita lihat tangan yang terkatup itu bisa juga mengartikan nervousness. Jadi ada perasaan cemas. Walaupun publik tidak melihat itu secara kasat mata, namun secara internal cemas itu ia rasakan dengan signifikan,” ujarnya.
Baca Juga:Serahkan Tas Mewah Hadiah Doni Salmanan ke Polisi, Atta Halilintar: Saya Belum Pernah Pakai
Namun menurutnya, Doni Salmanan cukup terampil untuk mengelola perilakunya sehingga publik melihatnya baik-baik saja.