Dinas Kabupaten Sleman juga telah meluncurkan kampanye TB dengan jargon Perjaka 2M perangi gejala batuk kurang lebih 2 minggu. Dengan harapan seluruh lintas sektor yang terbaik mulai dari fasyankes, masyarakat semua semakin mengenali TB dan menyadari bahayanya hingga akhirnya mau untuk datang untuk periksa di fasyankes.
"Pada momen peringatan Hari TB sedunia yang jatuh pada tanggal 24 Maret 2021 kemarin, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman ingin menguatkan kolaborasi interprofesi terutama di layanan primer. Dengan harapan agar penemuan terduga TB secara aktif di masyarakat bisa berjalan lebih solid, integrasi, cepat dan tuntas," tuturnya.
Dalam kesempatan ini, pihaknya juga sangat mengapresiasi upaya dan kerja keras seluruh tenaga kesehatan dan kader TB yang tanpa kenal lelah, pantang menyerah dalam upaya kemanusiaan. Untuk yang utama melindungi masyarakat dari bahaya TB.
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo berharap dari seminar tersebut akan dapat ditindaklanjuti dengan berbagai langkah strategis selanjutnya. Sehingga para tenaga kesehatan dapat semakin membantu Pemerintah Kabupaten Sleman dalam penanggulangan TB di wilayahnya.
Baca Juga:Menkes Ungkap Tiga Langkah Penting Advokasi Isu Tuberkulosis
"Kegiatan ini menjadi wujud nyata kepedulian dan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Sleman dalam penanggulangan penyebaran kasus TB," ucap Kustini.
Kustini menyadari bahwa temuan kasus TB di Bumi Sembada belum mencapai target. Terlebih dengan kondisi pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi semua pihak untuk bisa meningkatkan lagi penemuan kasus TB itu di Sleman. Di samping juga mendorong lagi kesadaran masyarakat untuk segera periksa apabila menjadi kontak erat dari pasien TB.
Sementara itu Dokter RS Akademik Universitas Gajah Mada Ahmad Fikri Syadzali menyebut bahwa edukasi ke masyarakat untuk skrining TB perlu lebih ditekankan. Selain juga perlu dibarengi dengan pengobatan TB hingga tuntas yang itu dimulai dari masyarakat serta kader-kader kesehatan.
"Pertama yang paling dasar adalah edukasi ke masyarakat pentingnya skrining TB. Pentingnya pengobatan TB sampai tuntas yang mulainya dari masyarakat, dari kader-kader ke masyarakat. Agar keluarnya hasil dari pengobatan TB juga lebih baik. Soalnya kalau skrining kurang atau pengobatan TBnya tidak tepat resiko terjadi resisten atau resiko gagal pengobatannya juga semakin besar," ujar Fikri.
Baca Juga:Hati-hati, Anak Terinfeksi Tuberkulosis Berulang Kali Berisiko Alami Resistensi Obat!