SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten Sleman dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama Organisasi Perangkat Daerah lain terkait, masih terus melanjutkan penanganan bencana banjir di Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman.
Kepala Pelaksana BPBD Sleman makwan menuturkan, banjir yang merendam lima padukuhan di Kalurahan Sumberharjo itu, sedikitnya total berdampak pada 55 kepala keluarga, 60 Hektare lahan sawah, kolam ikan milik warga.
"Sawah ada yang habis panen, sebagian baru mulai menanam. Kami yang belum tahu itu [kerugian dari] kolam ikan. Karena sehabis banjir sore, malamnya pemancing banyak di situ," ungkapnya, di hadapan wartawan, Jumat (1/4/2022).
Saat ini, pihaknya sedang mengevakuasi rumpun bambu yang sempat membendung aliran sungai Kaligawe dan anak sungai kecil sekitarnya, hingga menyebabkan banjir pada 30 Maret 2022.
Rumpun bambu, guguran daun serta batang bambu yang jatuh ke sungai, membuat aliran air menjadi mampat. Pasalnya, tumpukan material sampah alam tersebut pada akhirnya membendung air, ditambah lagi adanya pendangkalan. Akibat situasi itu, terjadi peningkatan ketinggian air.
"Langkah kami lakukan bersama DPU PKP Bidang Sumber Daya Air. Relawan masih berjibaku memotong bambu dan bonggolnya nanti kami angkut dengan alat berat," tuturnya.
"Berikutnya, [sungai] dinormalisasi, diperdalam. Karena pendangkalan, banyak lumpur di situ. Sementara khusus di area dome, ada peninggian talut," tambah Makwan.
Sejumlah langkah tadi dinilai harus diambil, mengingat bukan kali pertama wilayah sungai Kaligawe dan sekitarnya mengalami banjir. Sebelumnya, siklon Cempaka juga memunculkan dampak serupa di Prambanan.
Masalah lain yang ada di kawasan banjir Sumberharjo, menurut Makwan yakni posisi stop kontak listrik rumah warga, yang berada di bawah. Stop kontak listrik yang ada di bagian bawah menjadi problem tersendiri kala terjadi banjir melanda kawasan tersebut. Otomatis listrik menjadi bermasalah atau mati.
Baca Juga:Detik-detik Mencekam Hujan Disertai Angin Kencang Menerjang Kediri
"Kami usulkan untuk masyarakat bisa memindahkan. Karena masuk konstruksi, jadi [stop kontak baru] harus ditempel, dibuatkan lagi. Jadi nanti kalau ada banjir, tidak ada masalah, bisa dibersihkan dan listrik tetap hidup," ungkapnya.
Terkait matinya sambungan listrik ini nyatanya bukan persoalan sepele, pasalnya pada saat banjir terjadi, wilayah dome gelap gulita. Sehingga penanganan banjir tidak bisa dilakukan optimal.
"Saat ini kehidupan di sana sudah normal, listrik sudah hidup. Sumur juga sudah langsung disedot dan airnya mulai bening," ucapnya.
Terkecuali di padukuhan Kenaran, BPBD masih mengirim droping air bagi 15 KK di sana. Karena mayoritas masyarakat di Kenaran menggunakan air sumur pantek. Namun demikian, BPBD bersama relawan tetap mencoba menyedot air dari sumur, sebagai upaya awal mengembalikan sumber air bersih warga.
Sleman Babak Belur Tiga Bulan Dilanda Cuaca Ekstrem
Cuaca ekstrem yang terjadi di Kabupaten Sleman setidaknya tiga bulan belakangan--Januari hingga Maret 2022--menyebabkan kerusakan tidak sedikit.
Tambahan terakhir, Makwan menyebut ada dua masjid yang bagian bangunannya rusak akibat diterpa angin kencang dan hujan deras. Selain itu, ada empat titik longsor, dan sejumlah sekolah mengalami kerusakan.
"Total sekolah terdampak kerusakan ada 24 unit. Terdiri dari TK, PAUD milik swasta, dua SMP milik pemerintah," urainya.
Ia mencatat, ada sekitar 450 batang pohon tumbang selama tiga bulan cuaca ekstrem terjadi di Bumi Sembada. Angin kencang setidaknya telah menyebabkan kerugian sekitar Rp1,1 miliar.
Sementara itu banjir terpantau ada 14 kali kejadian dan menyebabkan kerugian sekitar Rp120 juta. Ditambah banjir lahar sebanyak tiga kali kejadian, memunculkan kerugian sekitar Rp12 juta.
Sebanyak 23 kali peristiwa longsor juga mencatatkan kerugian Rp230 juta di Kabupaten Sleman. Menyusul kemudian petir, yang menghentak sebanyak lima kali menyebabkan kerugian Rp47 juta.
Makwan menyatakan, sebelum peristiwa bencana terjadi, pihaknya sudah menyosialisasikan dan menyampaikan peringatan dini dari BMKG. Baik itu kepada pemangku wilayah, kapanewon, kalurahan hingga relawan. Tujuannya, sebagai bentuk antisipasi kesiapsiagaan dan persiapan aktivasi posko.
"Memang ada keterbatasan kami, tapi mudah-mudahan dengan adanya kejadian-kejadian ini, masyarakat lebih care," terangnya.
Semua penanganan bencana yang dilakukan saat ini, mengambil dana rutin dari APBD BPBD Sleman. Dengan kata lain, anggaran BTT sebanyak Rp47 miliar masih belum digunakan untuk penanganan bencana cuaca ekstrem.
Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta BMKG Warjono mengungkap, musim pancaroba masih akan berlangsung hingga April mendatang. Diperkirakan Kabupaten Sleman akan memasuki musim kemarau pada dasarian 3.
"Atau setelah tanggal 20-an," kata dia.
Kontributor : Uli Febriarni