SuaraJogja.id - Merespon perkembangan Non-Fungible Token (NFT) yang makin pesat di berbagai sektor, ISI Yogyakarta menggelar Festival Indo NFT.
Rektor ISI Yogyakarta Agus Burhan menyatakan Festival Indo NFT ini merupakan salah satu bentuk demokratisasi teknologi. Sebab setiap seniman memiliki kesempatan yang sama dalam membuat dan memasarkan karyanya tanpa batasan junior dan senior.
“Sejak populer mulai tahun 2017, NFT mengalami perkembangan cukup pesat sampai sekarang. Meski popularitas NFT saat ini masih terbatas di dunia seni, hobi, dan hiburan, namun tidak bisa dipungkiri adanya potensi besar pengaplikasian NFT dalam banyak sektor,” papar Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Agus Burhan saat membuka Festival Indo NFT Festiverse di Galeri RJ Katamsi, Sabtu (09/04/2022).
Menurut Agus Burhan, para kreator, kolektor, pegiat NFT sekaligus masyarakat perlu memiliki jembatan dalam memasuki dunia blockchain. Selain itu untuk mengenal salah satu aset digital berbasis teknologi yang sedang populer ini.
Baca Juga:Keluarga Murni 2014 ISI Yogyakarta Gelar Pameran '2014: Perspektif'
Karenanya festival yang digelar sembilan hari kedepan ini menjadi titik pertemuan berbagai ragam kreatifitas. Tidak hanya seni namun juga menghadirkan teknologi, hiburan, dan budaya populer lainnya.
“Kita mesti berada dalam gelombang ini, jangan sampai kita tak bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri dalam gelombang baru industri Blockchain dan metaverse ini,” tandasnya.
Sementara Juru Bicara Art Pop Up, Intan Wibisono festival yang digelar kali pertama di DIY ini diikuti sebanyak 238 kreator. DIY dipilih sebagai lokasi pertama diadakannya Indo NFT Festiverse karena potensi seni rupa digital maupun fisik yang sangat luas.
"Uniknya dari NFT ini, meski kreator ada di primary market tetap dapat royalti," jelasnya.
Sebagai festival dari gelombang baru seni dan teknologi, festival ini dirancang untuk menjadi sebuah perhelatan rutin untuk menguji, mengapresiasi, dan menumbuhkan ekosistem NFT di tanah air. Sejak awal, bajkan menjadi wadah bagi seluruh pemangku kepentingan dunia seni dan teknologi tanah air untuk saling bertemu, sharing dan berkolaborasi memajukan Indonesia dalam gelombang baru teknologi ini.
Baca Juga:Jurusan Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta Gelar Pameran Seni Rupa 20 Tahun Sebelum Pandemi
"Ini sebagai dunia baru dan kolaborasi dengan cara baru sehingga konsep festival ini semacam portal," ungkapnya.
Kurator festival, Rain Rosidi menambahkan NFT merupakan arena baru bagi para seniman untuk mengoptimalkan pendapatannya. Sebelum ada NFT, karya kolaborasi sulit untuk menetukan bagaimana pembagian kepemilikan dan haknya.
"Namun saat ini dengan NFT, maka pembagian royaltinya bisa mudah dilakukan bagi seniman-seniman," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi