Minim Studi Tokoh di Indonesia, Jimly Asshiddiqie: Harus Dikembangkan

Indonesia adalah negara yang paling banyak pahlawan nasionalnya, akan tetapi semua itu agak miskin kajian-kajian sejarah dan pemikiran, kata Jimly.

Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 02 Juni 2022 | 18:43 WIB
Minim Studi Tokoh di Indonesia, Jimly Asshiddiqie: Harus Dikembangkan
Jimly Asshiddiqie saat menjadi pembicara di Seminar Pra Muhtamar Muhammadiyah Aisyiyah ke-48 bertajuk 'Rekonstruksi Sistem Ketatanegaraan Indonesia' di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Rabu (16/3/2022). [dokumentasi pribadi]

SuaraJogja.id - Kajian serta studi terkait tokoh-tokoh nasional di Indonesia masih sangat kurang. Hal itu diungkapkan Pakar Hukum Tata Negara, Jimly Asshiddiqie.

Menurutnya perlu dilakukan pengembangan terhadap pemikiran tokoh-tokoh tersebut untuk memberi ruang dalam menambah alternatif pemikiran.

“Karena memang di Indonesia studi tokoh itu kering. Ada dua studi yang harus kita kembangkan, yakni studi wilayah dan studi tokoh,” katanya ketika menyampaikan paparan dalam serial seminar Peradaban-Paramadina bertajuk "Nurcholish Madjid dan Indonesia", seperti dikutip dari Antara, Kamis (2/6/2022).

Dalam kesempatan tersebut, ia mengisahkan pengalamannya ketika mengurus dan mendiskusikan calon penerima gelar dan tanda jasa pahlawan nasional. Ia mengatakan kurangnya studi mengenai tokoh nasional dan pemikiran para tokoh menjadi salah satu kendala saat penyusunan.

Baca Juga:Jimly Asshiddiqie Yakin Pemilu 2024 Tidak Bakal Ditunda, Tahapan Pemilu Sudah Ditetapkan

“Saya sepuluh tahun ini sejarawan, 10 tahun mengurus dewan gelar tanda jasa dan tanda kehormatan. Setiap kali kami mau mendiskusikan soal calon penerima gelar pahlawan nasional, kajian tentang tokoh dan pemikirannya itu kecil sekali,” tuturnya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta penyelenggaraan seminar-seminar di daerah mendorong, mengusung, dan memperjuangkan seseorang untuk menjadi pahlawan nasional.

“Indonesia adalah negara yang paling banyak pahlawan nasionalnya, akan tetapi semua itu agak miskin kajian-kajian sejarah dan pemikiran,” kata Jimly.

Untuk mengatasi kurangnya jumlah kajian tokoh nasional dan pemikiran masing-masing tokoh, Jimly berharap agar Center for Nurcholish Madjid Study yang diluncurkan Universitas Paramadina dapat berkembang menjadi pusat studi tokoh nasional lain dan tidak hanya terbatas studi mengenai pemikiran Nurcholish Madjid atau Cak Nur saja.

Adapun pengembangan yang ia maksud adalah menjadikan Center for Nurcholish Madjid Study sebagai wadah untuk mengintegrasikan kajian, skripsi, disertasi, dan penelitian lain mengenai tokoh-tokoh nasional secara terkoordinasi dan terpadu.

“Seandainya itu bisa dilakukan, sumbangan Universitas Paramadina besar sekali untuk mengembangkan semangat pemikiran dari tokoh-tokoh bangsa,” kata Jimly.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak