"Awalnya sulit menerima itu, waktu untuk keluarga kan kurang. Ya to? Hoo to? Bahkan untuk menyisihkan liburan harus direncanakan jauh-jauh hari. Enggak bisa bisa 'Yah, kita ke nganu [suatu tempat] sekarang. Wah mesti ada agenda, sibuknya luar biasa," terangnya.
Bahkan tak jarang, Sulistyo harus memberikan home care ke rumah pasien-pasiennya. Baik itu pasien di Kotagede, di tengah perkotaan Sleman atau pasien di tempat lain.
"Pulang masih mengurusi sapi jam 01.00 WIB atau jam 02.00 WIB. Setiap hari gitu, yo wis terimalah, wong wis aktivitasnya seperti itu," ungkap dia.
Tia pada akhirnya memahami bahwa yang dilakukan Sulis adalah berjuang untuk keluarga dan menafkahi keluarga. Dengan demikian ia harus menerima, karena ia meyakini, hasil kerja keras Sulistyo juga diperuntukkan bagi keluarga.
Baca Juga:Diberi Nama OntoSeno, 5 Potret Sapi Kurban Raffi Ahmad Seberat 1,3 Ton
"Saya salut dengan suami saya atas usahanya. Ke sana sendiri capek tapi enggak dirasa capek," tandasnya.
Kontributor : Uli Febriarni