Jogja Mulai Alami Fenomena Hawa Dingin, BMKG: Diprakirakan Sampai Agustus

Warga Jogja, Dini (24), Ia bahkan harus memakai jaket saat tidur malam hari belakangan ini.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 26 Juli 2022 | 11:25 WIB
Jogja Mulai Alami Fenomena Hawa Dingin, BMKG: Diprakirakan Sampai Agustus
Ilustrasi Dingin (Pexels.com/Nadine Wuchenauer)

SuaraJogja.id - Masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai merasakan suhu udara yang dingin dalam beberapa hari terakhir. Tidak hanya dirasakan saat malam hari saja bahkan udara dingin juga cukup dirasakan hampir sepanjang hari.

Seorang warga Jogja, Dini (24) mengakui memang merasakan suhu lebih dingin dari biasanya sejak beberapa hari terakhir. Ia bahkan harus memakai jaket saat tidur malam hari belakangan ini.

"Emang terasa lebih dingin sih hawanya. Kalau tidur malam biasanya enggak pernah pakai jaket, nah ini pakai karena dingin. Apalagi kalau mandi itu airnya dingin banget," ujar Dini.

Fenomena hawa dingin ini kerap disebut bediding. Dalam istilah Jawa kondisi itu merupakan fenomena suhu udara yang lebih dingin dari biasanya. Terkhusus saat memasuki tengah malam hingga pagi hari. Bagaimana penjelasannya?

Baca Juga:Bangunan Tempat Kerajian Perak di Jogja Kebakaran, Satu Mobil Ikut Dilalap Api

Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta, Reni Kraningtyas menuturkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan wilayah Yogyakarta dan sekitarnya mengalami fenomena bediding akhir-akhir. Tiga faktor itu saling berkaitan atau berinteraksi sehingga menimbulkan fenomena tersebut.

"Adanya pergerakan massa udara dari Australia dengan membawa massa udara dingin dan kering ke Asia melewati Indonesia yang dikenal dengan Monsoon Dingin Australia," kata Reni saat dikonfirmasi awak media, Selasa (26/7/2022).

Lebih lanjut, dijelaskan Reni bahwa saat ini tutupan awan relatif sedikit. Serta pantulan panas dari bumi yang diterima dari sinar matahari tidak tertahan oleh awan.

"Sehingga langsung terbuang dan hilang ke angkasa," imbuhnya.

Kemudian yang ketiga, kata Reni, kandungan air di dalam tanah juga tengah menipis saat ini. Membuat kandungan uap air di udara turut rendah yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.

Baca Juga:Perwal Larangan Skuter Listrik Tak Segera Terbit, Pemkot Jogja Beri Penjelasan Ini

"Diprakirakan kondisi tersebut akan berlangsung sampai dengan Agustus mendatang atau puncak musim kemarau," terangnya.

Berdasarkan catatan dari BMKG suhu minimum harian tanggal 21-26 Juli 2022 adalah 18,7 hingga 23,4 derajat celcius. Suhu terendah 18,7 derajat celcius itu sendiri terjadi pada 26 Juli 2022 dengan kelembaban udara terukur 45 persen.

Kondisi itu belum lebih melebihi suhu minimum udara pada 5 Agustus 2018 silam yang menyentuh angka 17 derajat celcius. Dengan rata-rata suhu minimum pada periode tahun 2015-2021 adalah 22,9 derajat celcius.

"Jadi ambang batas suhu minimum Juli periode 2015-2021 itu adalah 17 derajat celcius," imbuhnya.

Dalam kesempatan ini pihaknya mengimbau masyarakat untuk senantiasa menjaga stamina di saat kondisi udara dingin sekarang ini. Belum lagi dengan kondisi iklim yang cukup sering berubah.

"Menjaga imunitas tubuh dengan cara mencukupi kebutuhan cairan tubuh, menggunakan selimut dan pakaian tebal pada malam hari serta tidak lupa menggunakan krim atau pelembang kulit saat beraktivitas di luar siang hari," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak