Cari Konselor Sebaya Berdedikasi, Dinas Kesehatan Sleman Gelar Duta Kesehatan

Bila sebelumnya, usia peserta yang bisa ikut maksimal 22, kini menjadi 18-24 tahun.

Eleonora PEW
Minggu, 11 September 2022 | 13:27 WIB
Cari Konselor Sebaya Berdedikasi, Dinas Kesehatan Sleman Gelar Duta Kesehatan
Sejumlah peserta Duta Kesehatan sedang mengikuti tes di ruang Ballroom Hotel Alana, Jumat (9/9/2022). Tes dilakukan dengan mengerjakan soal yang disediakan dalam tautan laman, dan bisa dibuka lewat smartphone masing-masing peserta. - (Kontributor SuaraJogja.id/Uli Febriarni)

SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan Sleman mencari konselor kesehatan untuk sebaya, lewat ajang Duta Kesehatan 2022.

Kepala Bidang Bagian Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Esti Kurniasih mengungkap, ajang ini rutin tiap tahun diselenggarakan namun sempat berhenti pada dua tahun terakhir karena pandemi Covid-19. Beberapa pelonggaran yang ada, mendorong Dinkes pada akhirnya kembali menghelat kegiatan ini, secara luring.

Walaupun secara umum tak ada perbedaan signifikan, namun jenjang usia Duta Kesehatan saat ini lebih jauh ketimbang tahun lalu. Bila sebelumnya, usia peserta yang bisa ikut maksimal 22, kini menjadi 18-24 tahun.

"Gap usia antara usia SMA dan kuliah, secara tidak langsung menjadi kendala seorang konselor sebaya saat berkomunikasi di lapangan. Nah, dengan perluasan rentang usia peserta, kami juga ingin menyasar yang sudah kuliah, jadi lebih nyaman saat sesi bersama yang sudah kuliah juga," ucapnya, di sela kegiatan, Jumat (9/9/2022).

Baca Juga:Dinkes Sleman Akui Belum Bisa Tuntaskan TBC, Angka Kebal Obat Meningkat

Tugas Duta Kesehatan tidak mudah dan cenderung mengalami perubahan. Bila sebelumnya mereka bertugas menjadi konselor sebaya dan mempromosikan untuk pencegahan penyakit menular, mereka di masa kini juga mendapat tugas turut berpartisipasi menekan angka penyakit tidak menular.

"Penyakit tidak menular banyak disebabkan oleh perilaku. Pada Duta Kesehatan diharapkan menjadi agen perubahan perilaku. Perilaku adalah sesuatu yang sulit diubah, tak semudah membalik telapak tangan. Kami ingin mereka ambil peran," tambahnya.

Jumlah penderita penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung dan kolesterol mulai bergeser bukan hanya diderita usia 40 tahun ke atas, melainkan remaja dan usia produktif.

Perilaku tidak menerapkan gaya hidup sehat menjadi penyebab utama jumlah penderita penyakit-penyakit tadi terus mengalami peningkatan. Inilah yang kemudian menjadi pertimbangan, bahwa pencegahan dan membangun perilaku hidup lebih baik harus dimulai sejak awal. Tak terkecuali saat masih remaja.

"Kalau tidak diberdayakan dari awal, 10-15 tahun kemudian kita akan panen [jumlah penderita penyakit tidak menular]," ungkapnya.

Baca Juga:Sebanyak 161 Kasus DBD Terjadi di Sleman, Pasien Usia 8 Tahun Meninggal Dunia

Duta Kesehatan juga akan diminta turut mempromosikan dan meningkatkan penerapan program Keluarga Sehat Bebas Asap Rokok (Gas Bro). Mengingat, dari hasil survey yang dilakukan Dinas Kesehatan Sleman, tercatat bahwa, dari total 8.000 sampel anak usia 10-18 tahun di bumi sembada, ada 10,5% di antaranya sudah merokok.

"Perilaku merokok sulit dihentikan, karena sasarannya remaja, kami aktifkan konselor sebaya, Duta Kesehatan ini salah satunya. Harapannya bisa jadi contoh," kata dia.

Sleman punya potensi besar untuk menjadi sasaran promosi rokok. Sehingga tak henti-hentinya Dinkes mendorong untuk diterbitkannya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Sleman.

"Salah satu determinan stunting juga adalah kebiasaan merokok," sebutnya.

Seleksi Ketat, Landasan Pengetahuan Jadi Perhitungan Utama

Sub Koordinator Promosi Kesehatan Dinkes Sleman Cahya Prihantama mengungkap, seleksi ketat diterapkan dalam pemilihan Duta Kesehatan. Seleksi ini bahkan mulai diterapkan sejak mereka baru mendaftar sebagai peserta.

Mereka juga mengikuti beragam pemeriksaan, pemeriksaan kesehatan termasuk tes HIV. Berikutnya wawancara hingga tes psikotes.

Anak-anak muda yang dipilih menjadi Duta Kesehatan selanjutnya, merupakan anak muda yang punya sudut pandang baru dan berbeda dari generasi di atas mereka. Generasi-generasi jauh di atas mereka cenderung normatif dalam mempromosikan kesehatan. Sedangkan dinamika anak muda kekinian, punya banyak cara dan kanal dalam mempromosikan kesehatan.

Duta Kesehatan bukan hanya akan dites oleh juri dan ahli, melainkan juga mendapat arahan dari sejumlah orang berprestasi sebagai narasumber dalam sebuah workshop.

"Narasumber mulai dari akademisi, praktisi dan influencer muda. Mereka bukan hanya diarahkan soal pengetahuan di bidang kesehatan, melainkan komunikasi publik," ujar Cahya.

Cahya menyatakan, peserta Duta Kesehatan tahun ini punya latar belakang berbeda-beda bidang ilmu dan latar belakang.

"Mereka diketahui punya pengalaman organisasi yang bagus di masyarakat dan di sekolah. Punya potensi lebih luas bila menjadi kader," kata dia.

Kepala Bidang Bagian Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Esti Kurniasih menuturkan, adanya tes psikologi dalam seleksi Duta Kesehatan tahun ini merupakan bentuk upaya Dinkes untuk mengetahui kesehatan mental para peserta.

"Karena psikologi itu tidak terlihat. Sedangkan itu sesuatu yang tak kalah penting," terangnya.

Selama workshop, pihaknya juga akan melihat keaktifan, inisiatif, motivasi dan pengetahuan yang dimiliki peserta.

"Dari hasil tahun lalu, kinerja Duta Kesehatan bagus, mereka bisa jadi kepanjangan tangan Dinkes ke masyarakat," tandasnya.

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak