Ke Sleman, Mendes PDTT Khawatir Banyaknya Desa Wisata Justru Akan Merusak Alam

"Jadi alam yang bagus ini kita lestarikan dulu. Alam kita lestarikan supaya sumbernya tetap berjalan."

Eleonora PEW
Minggu, 11 September 2022 | 16:05 WIB
Ke Sleman, Mendes PDTT Khawatir Banyaknya Desa Wisata Justru Akan Merusak Alam
Pintu masuk Desa Wisata Jelok, Kalurahan Beji, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul - (Kontributor SuaraJogja.id/Julianto)

SuaraJogja.id - Desa wisata kini banyak bermunculan di DIY, bahkan hampir di seluruh Indonesia. Masyarakat beramai-ramai mendirikan Desa Wisata dengan harapan mampu mendatangkan wisatawan sehingga perekonomian bisa berputar.

Karenanya, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Abdul Halim Iskandar mengaku khawatir dengan fenomena ini. Ia justru khawatir dengan banyaknya desa wisata yang kini didirikan oleh warga desa justru akan merusak alam.

"Sebenarnay tidak semuanya seperti itu, tetapi kekhawatiran merusak alam itu ada," ungkap dia, Sabtu (10/9/2022), malam di Destinasi Wisata Lava Bantal Kalurahan Kalitirto Kapanewon Berbah Sleman.

Gus Halim ingin masyarakat desa merubah pola pikir mereka. Tak hanya sekedar mendirikan desa wisata tanpa memikirkan keberlanjutan. Tetapi harus ada perubahan pola pendirian desa wisata.

Baca Juga:Buka Kompas Fair 2022, Gus Halim Genjot Promosi Desa Wisata

Ketika desa-desa ingin membangun desa wisata maka ia berpesan agar jangan berniat untuk membangun desa wisata. Seharusnya, jika ingin mendirikan desa wisata itu niatnya melestarikan alam.

"Karena khawatirnya nanti tidak tidak berkelanjutan. Jadi alam yang bagus ini kita lestarikan dulu. Alam kita lestarikan supaya sumbernya tetap berjalan," kata dia.

Ketika alam ini sudah tertata bagus dan Indah maka orang akan tertarik untuk datang. Barulah setelah itu pihak desa bisa berbicara tentang desa wisata. Dengan konsep pelestarian alam seperti itu maka ia yakin Desa Wisata akan sangat permanen dan berkelanjutan.

Politisi PKB ini lantas memberi contoh kisah sukses sebuah masyarakat di Jawa Barat yang mampir merubah pantai yang awalnya hanya merupakan tempat pembuangan sampah menjadi obyek wisata sangat digemari.

"Ada suatu pantai di Jawa Barat yang asalnya adalah tempat pembuangan sampah di mana banyak sekali sampah berserekan," kata dia.

Baca Juga:Dukung Kebangkitan Pariwisata, Cari Paket Liburan Seru dan Menarik ke Desa Wisata di Pameran Ini!

Kemudian tanpa berniat untuk mendirikan desa wisata, warga kala itu hanya ingin bersih-bersih maka akhirnya pantai itu sangat bersih. Karena bersih dan memang pantainya bagus kemudian diberi tenda kecil-kecil ternyata banyak orang datang.

Karena sudah ada wisatawan yang datang, baru wilayah tersebut kemudian dikelola menjadi desa wisata. Sehingga desa wisata harus berbasis alam dan harus berbasis pada pelestarian alam.

"Karena ketika alamnya sudah bagus maka orang akan datang. Dan orang yang datang ini dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan pendapatan Nah ini filosofi yang harus dibangun oleh semua," kata dia

Gus Halim tidak menampik jika Desa Wisata menjadi salah satu ikon untuk percepatan ekonomi nasional pada level Desa. Harapannya adalah semakin banyak uang yang berputar di desa artinya ekonomi desa akan cepat pulih.

Oleh karenanya ia meminta dana Desa itu pengelolaannya harus diputar di desa. Misalnya dengan Swakelola, harus memaksimalkan potensi desa, tenaga kerja harus dari Desa setempat dan tidak boleh dipihak ketigakan.

"Dan itu dalam rangka apa supaya duit dana desa itu muter ada di desa sehingga dinikmati oleh seluruh warga desa bukan hanya dinikmati oleh segelintir orang," tegasnya.

Sabtu malam, Abdul Halim Iskandar hadir di Sleman untuk meresmikan Badan Usaha Kalurahan Bersama (BUMKALMA) DIY, Sabtu (10/9/2022) malam di obyek wisata Lava Bantal, Kalurahan Tegaltirto Kapanewon Berbah Sleman.

Gus Halim menuturkan, BUMKALMA merupakan transformasi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) PNPM Mandiri. Di mana seluruh aset dan sumber daya manusianya bertransformasi menjadi BUMKALMA. Dan DIY merupakan propinsi yang paling getol mendorong transformasi UPK PNPM mandiri menjadi BUMKALMA.

"Dan dari 54 ada 53 yang selesai berproses. Ini patut kita apresiasi," ujar dia, Sabtu malam.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini