SuaraJogja.id - Saluran Selokan Mataram yang dibangun pada 1909 diperbaiki sejak awal Agustus 2022. Perbaikan pada saluran sepanjang 30,8 Km itu menyebabkan kekeringan di sumber air warga. Namun kekinian, pengeringan juga berimbas pada pertanian dan perikanan.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman Suparmono menjelaskan, idealnya Selokan Mataram yang melintasi dari ujung barat Sleman hingga paling timur memiliki ukuran antara 2-6 meter itu mampu mengairi 15.734 Ha persawahan di sepanjang alirannya. Di sisi lain pihaknya menyadari, bangunan Selokan Mataram sudah cukup tua sehingga perlu segera diperbaiki.
"Apabila terlambat melakukan rehab, justru akan memperparah titik-titik bocor dan banjir. Dengan dilakukannya perbaikan dan pembenahan, maka saat ini Selokan Mataram dimatikan selama tiga bulan," jelasnya, Selasa (13/9/2022)
Pram tak menampik adanya perbaikan Selokan Mataram berpengaruh dalam pada kegiatan usaha tani tanaman pangan, hortikultura, peternakan maupun perkebunan. Tercatat, ada lahan sawah sebesar total 544 Hektare (Ha) dan kolam ikan 230.120 meter persegi, yang terkena dampak akibat dimatikannya saluran warisan kebijakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu.
Baca Juga:Jelang Laga Tandang ke Markas Persikabo, PSS Sleman Dapat Angin Segar
"Dari jumlah 544 Ha tersebut yang bero (tidak ditanami) ada 293 Ha. Sementara itu seluas 251 Ha yang di ada di Purwomartani, Tirtomartani dan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan ditanami palawija, umur sekitar satu sampai dua bulan," terangnya.
Ia menambahkan, dalam kegiatan budidaya pertanian baik dalam pengembangan tanaman pangan, holtikultura, peternakan maupun perkebunan, ketersediaan air merupakan faktor yang sangat strategis. Tanpa adanya dukungan ketersediaan air yang sesuai dengan kebutuhan baik dalam dimensi jumlah, mutu, ruang maupun waktunya, maka dapat dipastikan kegiatan budidaya tersebut akan berjalan dengan tidak optimal.
Hanya saja, beberapa bulan sebelum jaringan air Selokan Mataram dimatikan, DP3 sudah menyosialisasikannya kepada petani/kelompok tani yang akan kena dampaknya. Dengan demikian mereka menjadi lebih siap menghadapi risiko tersebut.
"Dengan dilakukannya pemutusan aliran air Selokan Mataram, maka sebagian petani/Poktan yang sudah siap menanam padi terpaksa menunda menanam padi. Atau mereka mengalihkan pada tanaman palawija dan hortikultura, yang tidak terlalu banyak membutuhkan air," sebut eks Panewu Cangkringan itu.
Beberapa Poktan yang sudah memiliki sumber air dan pompa air bisa mengantisipasi masalah ini. Namun ada juga petani/Poktan yang tetap membiarkan tanahnya menjadi bero/tidak produktif, kata dia.
Melihat kondisi ini, dalam menanggulangi kekeringan apabila Selokan Mataram sewaktu-waktu diperbaiki atau rusak, maka perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya embung dan sumur ladang. Sehingga air tetap tersedia untuk mendukung aktivitas pertanian dan perikanan di Kabupaten Sleman.
- 1
- 2