Kebut Capaian Nol Kasus TB, Pemkab Kulon Progo Intensifkan Skrining di Ponpes-Ponpes

Angka kesembuhan penderita TB sebenarnya bisa tinggi jika deteksi dini dilakukan dengan diikuti pengobatan yang baik dan sesuai aturan.

Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 20 September 2022 | 15:30 WIB
Kebut Capaian Nol Kasus TB, Pemkab Kulon Progo Intensifkan Skrining di Ponpes-Ponpes
Ilustrasi infeksi bakteri tuberkulosis. [Shuttertsock]

SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, mengintensifkan skrining penyakit tuberkulosis (TB) di masyarakat dalam rangka mewujudkan nol tuberkulosis di wilayah ini.

Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Sri Budi Utami di Kulon Progo, Selasa, mengatakan program nol TB di Kulon Progo sudah berlangsung sejak 2019, yang dimulai dari skrining di salah satu pondok pesantren di Kulon Progo.

"Kami mengintensifkan skrining di masyarakat dalam rangka percepatan nol TB di Kulon Progo," kata Sri Budi Utami, Selasa (20/9/2022).

Ia mengatakan stigma negatif masyarakat terhadap penyandang tuberkulosis (TB) masih ada, sehingga penderitanya banyak yang memilih tidak berobat ke layanan kesehatan terdekat. Hal ini mereka lakukan agar sakitnya tidak diketahui oleh lingkungan sekitarnya.

Baca Juga:Ketahui 10 Fakta dan Mitos Penyakit Tuberkulosis atau TB

Angka kesembuhan penderita TB sebenarnya bisa tinggi jika deteksi dini dilakukan dengan diikuti pengobatan yang baik dan sesuai aturan. Namun demikian, hal ini masih terkendala karena adanya stigma dari masyarakat dan juga pengobatan yang lama.

"Untuk itu, kami mengajak semua pihak, khususnya kepala Puskesmas dan panewu atau camat agar ada perbaikan. Temuan kasus lebih banyak dan penanganannya bisa lebih baik," katanya.

Sri Budi Utami mengatakan kasus tuberkulosis masih cukup tinggi di Indonesia. Namun demikian, temuan kasus TB masih kecil dengan persentase 30-35 persen dari target. Padahal, dari segi jumlah, tuberkulosis di Indonesia diperkirakan tinggi. Kendala lain, adalah waktu pengobatan yang lama dan kadang menjadi tidak tuntas.

Kendala-kendala yang dihadapi, seperti pengobatan yang tidak teratur dan tidak tuntas akhirnya menyebabkan munculnya TB resisten obat.

"Ini harus menjadi perhatian agar penanggulangan kasus TB bisa lebih baik lagi," katanya.

Baca Juga:Ilmuwan Menemukan Gen yang Membuat Bakteri Tuberkulosis Resisten Terhadap Obat

Sementara itu, Ketua Zero TB DIY, Rina Triasih berharap program nol TB yang dilakukan timnya bisa dilanjutkan joleh pihak lainnya. Tidak hanya oleh bidang kesehatan, namun juga peningkatan dukungan pihak lain seperti dari kapanewon (kecamatan).

"TB ini penyakit yang kompleks, sehingga butuh kerja sama lintas sektoral," kata Rina. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini