"Mancing ke sungai masih ada. Biasanya ya cuma buat keasikan mereka saja, ikan tidak berpengaruh, lebih sekadar hobi saja. Kalau air sungai semakin keruh memang," ujarnya.
Ari menuturkan aktivitas masyarakat di sungai pun tak terlalu masif. Mengingat fasilitas toilet hingga sumber mata air yang ada di bantaran sudah cukup memadahi.
"Bisa dikatakan 100 persen tidak ada (aktivitas di sungai). Bahkan kita sudah kencang untuk mengedukasi tidak membuang sampah ke sungai. Walaupun tetap aja ada tapi prosentasenya kecil juga. Enggak mudah sih. Kita sampai saat ini cenderung buang keluar, ke TPS," ungkapnya.
Walaupun tak dimungkiri juga masih banyak warga yang membuang limbah rumah tangga langsung ke sungai. Namun IPAL pun juga sudah digunakan sejumlah warga.
Terkait sumber pencemaran sendiri, ia tak memungkiri berasal dari limpahan di wilayah utara Kota Yogyakarta. Selain itu ia menduga biang pencemaran juga berasal dari pengolahan limbah yang kurang baik dari rumah makan hingga hotel di sekitar bantaran sungai.
"Karena kan kenyataannya ini (air sungai) masih berbau, artinya masyarakat tidak tahu kalau berbau begitu tingkat berbahayanya sampai seperti apa. Artinya kan air yang keluar dari buangan itu tadi masih ada yang berbau. Semestinya sudah diolah oleh mereka perusahaan besar itu tapi sejauh mana efektifnya ya enggak tahu," terangnya.
Sumur Tercemar E-Coli
Disampaikan Ari, ada sekitar 200an warga yang tinggal di wilayahnya. Guna memenuhi kebutuhan air bersih itu mereka memanfaatkan berbagai sumber yang tersedia.
Ada yang sudah memasang PDAM secara mandiri, ada yang menggunakan satu sumur untuk beberapa warga serta ada yang memanfaatkan mata air di sekitar kampung mereka.
"Warga sini sebagian besar PDAM tapi memang kita punya mata air yang kami rasa bagus. Itu bisa kami pakai untuk cuci dan mandi," ucapnya.