Melihat Potensi Bencana Likuifaksi 'Tanah Bergerak' di Jogja, Ini Penjelasan BMKG

Wilayah Yogyakarta yang memiliki patahan Sesar Opak cenderung berada di tanah datar.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 01 Agustus 2023 | 18:06 WIB
Melihat Potensi Bencana Likuifaksi 'Tanah Bergerak' di Jogja, Ini Penjelasan BMKG
ilustrasi tanah bergerak di Bojong Koneng, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/9/2022). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

SuaraJogja.id - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) termasuk menjadi wilayah rawan bencana. Salah satunya terkait dengan keberadaan Sesar Opak yang memiliki struktur tanah dangkal sehingga mudah bergerak ketika terjadi gempa bumi. 

Lantas bagaimana dengan potensi bencana likuifaksi atau 'tanah bergerak' di wilayah Jogja? Apakah wilayah Bantul dan sekitarnya akan mengalami fenomena likuifaksi seperti yang terjadi di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah pada 2018 usai terjadi gempa bumi?

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan potensi likuifaksi itu tetap ada. Melihat dari lapisan tanah yang ada di wilayah Yogyakarta, baik di Bantul dan sekitarnya.

"Kalau likuifaksi memang potensi ada karena perlapisan tanahnya, tanah pasir itu sisipan-sisipannya masih ada di antara tanah kedap dan muka air tanah dangkal. Potensi masih ada," kata Dwikorita di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Selasa (1/8/2023).

Baca Juga:Kondisi Tanah Seperti Agar-agar, Sesar Opak Berpotensi Picu Gempa Besar di Bantul

Namun, Dwikorita memaparkan bahwa kondisi tanah di Sulawesi Tengah dan Yogyakarta tidak sama. Sebab di Sulawesi Tengah sendiri diketahui merupakan tanah lempung.

"Berbeda (karakter dengan Sulawesi Tengah) dari segi kondisi tanahnya berbeda. Di sini bukan tanah lempung ya kalau di Sulawesi Tengah itu lempung," tuturnya. 

Selain itu, kecepatan pergerakan patahan di masing-masing wilayah juga berbeda. Mengingat kontur tanah yang datar dan miring.

Wilayah Yogyakarta yang memiliki patahan Sesar Opak cenderung berada di tanah datar. Berbeda dengan Sulawesi Tengah dengan Patahan Palu Koro di tanah miring.

"Di sana punya Patahan Palu koro ini kecepatan pergerakannya di sana lebih cepat. Dan juga di sini tanahnya datar, di sana kan ada yang miring, berjalan terus itu karena ada kemiringan lahan," ungkapnya.

Baca Juga:Terjadi Gempa Bumi Semalam Berpusat di Sleman, Bukan Pergerakan Sesar Mataram Maupun Sesar Opak

Kendati ada potensi, disampaikan Dwikorita masyarakat Jogja sudah dibekali dengan edukasi untuk mitigasi bencana. Sehingga dapat meminimalkan kerugian bahkan korban jiwa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak