"Sejauh ini sudah empat kali ganti pompa," ucapnya.
Warga tak berburuk sangka dengan proses pembuatan sumur bor tersebut. Hanya saja, sepanjang yang dia tahu kedalaman sumur bor tersebut tidak sesuai perencanaan awal yaitu sekitar 120 meter.
Menurut Sugeng, pada musim kemarau panjang seperti sekarang keinginan mendapatkan akses air dengan mudah tertunda. Jika tidak ada bantuan droping air, secara mandiri membeli melalui tangki milik swasta.
"Satu tangki harganya sekitar Rp150 ribu. Kami harus mengadu ke mana, ke pak Prabowo kami tidak ada akses," ujarnya.
Baca Juga:Warga Bojonegoro Terima Bantuan Air Bersih dan Sumur Bor untuk Hadapi Kekeringan
Sementara itu, Lurah Ngoro-oro, Sukasto tidak menampik kendala pengangkatan air program sumur bor dari Kementerian Pertahanan. Jika bisa dioptimalkan lagi, pihaknya yakin sumur tersebut dapat berfungsi baik.
Karena sumur bor tak jadi mengalir, maka selaku Pemerintah Kalurahan berupaya mengajukan permohonan bantuan air bersih dari beberapa instansi baik pemerintah ataupun dari swasta. Namun ada beberapa warga yang memang sudah membeli air.
"Ya kami berharap ada perbaikan sumur bor ini," tambahnya
Sebagaimana diketahui, Menhan, Prabowo Subianto pada 9 Agustus 2023 meresmikan bantuan sumur bor dan pipanisasi air bersih di Gunungkidul.
Bantuan tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan para ahli dan Universitas Pertahanan (Unhan) RI. Peresmian berlangsung di Wareng, Wonosari.
Baca Juga:Kekeringan di DIY Meluas, Proyek Sumur Bor yang Rusak Dipertanyakan
Kontributor : Julianto