Belum lagi, Siti menyebut ada beberapa perusahaan asing yang disinyalir sebagai penyebab kebakaran.
"Tapi yang paling penting yang kebakaran juga ada perusahaan Malaysia tuh, Singapura, sama lah beberapa perusahaan, Jepang juga ada. China juga ada. Ya saya kira kita saling belajar aja apalagi Indonesia kan akan menjadi pusat koordinasi untuk penanganan asap lintas batas negara," ungkapnya.
Diketahui pernyataan tersebut sebelumnya disampaikan oleh Wan Abdul Latiff Wan Jaffar selaku Direktur Jenderal Departemen Lingkungan Hidup Malaysia. Ia mengungkap bahwa kebakaran hutan di Indonesia memperburuk polusi udara pantai barat dan Sarawak. Menurutnya, kebakaran dari Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah menyebabkan kabut asap melintasi negara.
"Secara keseluruhan, kualitas udara di negara ini menunjukkan penurunan. Kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Sumatera Selatan dan Kalimantan bagian tengah serta selatan milik Indonesia menyebabkan kabut asap melintasi negara," kata Wan Abdul Latiff Wan Jaffar.
Baca Juga:Begini Upaya Sanofi Kurangi Polusi Udara di Jakarta
Dikutip dari SCMP dan Manila Times, pernyataan dari Departemen Lingkungan Hidup Malaysia turut memperlihatkan data milik Asean Specialized Meteorological Centre (ASMC) yang berbasis di Singapura.
Data tersebut melacak sumber kabut asap di Asia Tenggara. Berdasarkan laporan, citra satelit menunjukkan 52 "hotspots" atau "titik panas" kebakaran hutan di Sumatera dan 264 titik lain di Kalimantan. Sebanyak 12 wilayah di Semenanjung Malaysia mencatat tingkat Indeks Pencemaran Udara yang tidak sehat di atas 100 pada Jumat (29/09/2023) lalu.