SuaraJogja.id - Sebagai peninggalan kolonial tertua di Kota Yogyakarta, Museum Benteng Vredeburg tengah menjalani proses transformasi menyeluruh untuk menjadi ruang publik yang lebih inklusif di masa mendatang.
Hal ini sebagaimana disampaikan Plt Kepala Indonesian Heritage Agency (IHA), Ahmad Mahendra. Menurutnya revitalisasi museum berfungsi untuk memperbaiki fasilitas hingga meningkatkan pengalaman pengunjung.
“Dengan mengedepankan konsep reimajinasi museum, IHA berkomitmen untuk mengubah persepsi dan fungsi tradisional museum, menjadikannya ruang komunal yang dinamis guna mendorong interaksi antara pengunjung dengan museum itu sendiri,” kata Ahmad pada Sabtu (27/4/2024).
IHA mengadopsi pendekatan revolusioner dan konsep reimajinasi dalam revitalisasi Museum Benteng Vredeburg. Beberapa proyek revitalisasi yang dilakukan antara lain perbaikan kerusakan dan pemeliharaan bangunan. Signage Museum Benteng Vredeburg akan dibenahi untuk memudahkan pengunjung, begitu pula dengan pembenahan Ruang Diorama 1-4 serta beberapa area lain.
“Proses transformasi museum ini bukan hanya untuk perbaikan fisik, namun kami juga mengupayakan untuk memperkuat peran museum sebagai pusat kebudayaan yang dinamis, inklusif, dan menarik, yang mempromosikan apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia serta kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah,” jelas Penanggung Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg, M Rosyid Ridlo.
Dengan luas mencapai 46.574 meter persegi, pengelola bertekad mengoptimalisasi peran Museum Benteng Vredeburg sebagai ruang publik, seperti dengan membangun coworking space, coffee shop, ruang anak, sampai merchandise shop. Sedianya Museum Benteng Vredeburg akan kembali dibuka pada awal Juni 2024.
“Salah satu program baru yang akan diluncurkan nantinya adalah program ‘Wisata Malam Vredeburg’ serta instalasi video mapping, sound lighting, dan water fountain di area museum – yang pertama kali akan diluncurkan pada saat peresmian IHA dilaksanakan pada bulan mendatang di museum ini,” imbuh Rasyid.
Harapannya, transformasi menyeluruh ini dapat menjadikan Museum Benteng Vredeburg sebagai tempat penyimpanan 7.000 benda peninggalan bersejarah bangsa Indonesia, sekaligus sebagai institusi pelestarian sejarah dan identitas nasional.
“Dengan menggali lebih dalam makna dari transformasi ini, kami berharap dapat memperkuat apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah dalam menjaga identitas nasional. Kami percaya bahwa melalui partisipasi publik, kita dapat menciptakan museum yang lebih inklusif dan relevan bagi masyarakat modern,” tandas Ahmad.
Baca Juga:Jogja National Museum: Lokasi dan Fasilitas di Galeri Seni Kontemporer