SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat kembali luncuran awan panas dan ratusan guguran lava dalam sepekan terakhir.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan aktivitas tersebut tercatat pada periode 7-13 Juni 2024.
"Pada minggu ini terjadi awan panas guguran sebanyak 2 kali ke arah barat daya [hulu Kali Bebeng] sejauh maksimal 1.000 meter," kata Agus, dalam keterangannya, Sabtu (15/6/2024).
"Teramati hujan abu tipis pasca awan panas guguran tanggal 8 Juni 2024 di Pos Pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang," imbuhnya.
Baca Juga:Aksi Unjuk Rasa Tolak Tapera di DPRD DIY Sempat Ricuh, Satu Mahasiswa Alami Luka-luka di Kepala
Selain itu, BPPTKG turut mencatat ratusan guguran lava. Teramati ada sebanyak 122 kali guguran lava ke arah hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 1.800 meter.
Dilakukan pula analisis morfologi kubah lava dengan survey drone tanggal 13 Juni 2024, dari dari stasiun kamera Deles5 dan Babadan2. Morfologi kubah barat daya teramati adanya perubahan akibat adanya aktivitas pertumbuhan kubah, awan panas guguran dan guguran lava.
Titik panas tertinggi teramati sebesar 245 derajat celcius, lebih tinggi dari suhu pengukuran sebelumnya. Untuk morfologi kubah tengah relatif tetap dengan titik panas tertinggi teramati sebesar 217 derajat celsius, lebih rendah dari suhu pengukuran sebelumnya.
"Berdasarkan analisis foto udara, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.265.000 meter persegi dan kubah tengah sebesar 2.362.800 meter persegi," ungkapnya.
BPPTKG juga masih mencatat sejumlah kegempaan didominasi gempa guguran yang mencapai 450 kali. Disusul gempa fase banyak 114 kali, 32 kali gempa vulkanik dangkal, 6 kali gempa tektonik, dan 2 kali gempa awan panas guguran.
Baca Juga:Afnan Hadikusumo vs Heroe Poerwadi: Perebutan Tiket Golkar di Pilwalkot Yogyakarta Memanas!
"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu," ungkapnya.
Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada minggu ini menunjukkan laju pemendekan jarak tunjam sebesar 0,5 cm per hari.
Diketahui bahwa status Gunung Merapi pada tingkat Siaga atau Level III itu sudah berlangsung sejak 5 November 2020 lalu.
Sedangkan gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021. Saat itu ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah.
Agus menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km. Lalu untuk Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," kata dia.