SuaraJogja.id - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta masih menemukan puluhan hewan kurban yang dipotong dalam perayaan Idul Adha 1445 Hijriah pada bagian hati hewan tersebut terkena cacing hati atau fasciola hepatica.
"Hasil pemantauan sementara terhadap pemotongan hewan kurban, hingga pukul 14.16 WIB ditemukan fasciola hepatica pada 85 sapi," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul Joko Waluyo saat dikonfirmasi di Bantul, Senin.
Menurut dia, 85 cacing hati tersebut ditemukan dari 3.058 sapi, kemudian cacing hati juga ditemukan pada tujuh kambing dari yang dipotong sebanyak 3.169 ekor, dan domba dari sebanyak 4.450 ekor, ditemukan cacing hati pada sebanyak 13 ekor.
Meski demikian, kata dia, hewan kurban yang terkena fasciola hepatica tersebut dagingnya masih aman dikonsumsi, hanya saja bagian hati hewan yang mengandung cacing hati dibuang atau dimusnahkan agar tidak dikonsumsi.
Baca Juga:Ikut Arab Saudi, Ribuan Jamaah MTA Gunungkidul Gelar Sholat Idul Adha Hari Ini
"Kalau fasciola itu aman, daging tetap bisa dikonsumsi, dan hatinya yang kena cacing seperti rumah tawon itu dihilangkan, dipotong, yang tidak ada cacing bisa diolah dimasak dengan matang, tidak masalah," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, masyarakat maupun sohibul kurban tidak perlu mengkhawatirkan temuan cacing hati pada hewan kurban, sebab fasciola hepatica bukan merupakan penyakit zoonosis atau yang menular ke manusia yang mengkonsumsi, sehingga daging aman dikonsumsi.
Menurut dia, masih ditemukan cacing hati pada hewan kurban tersebut disebabkan karena faktor pakan ternak atau rumput yang diberikan oleh peternak mengandung keong yang menempel pada rumput, meski rumput telah dipotong dari sawah.
"Fasciola itu sebagai mediatornya keong, jadi kalau di Bantul masih banyak hewan kena fasciola hepatica itu karena kalau panen itu biasanya petani motong rumput dari bawah, sementara keong itu menempel di rumput di permukaan air, jadi keong masih menempel di rumput," katanya.
Dia mengatakan, kemudian rumput yang dipotong tersebut langsung diberikan kepada hewan sebagai pakan, padahal keong masih menempel karena oleh petani belum dijemur maupun diangin-anginkan untuk menghilangkan kelembaban rumput.
Baca Juga:Jelang Idul Adha 2024, Pemkot Jogja Layani Penyembelihan Hewan Kurban di RPH Giwangan
"Rumput yang dipotong dari sawah yang masih hijau hijau langsung diberi untuk pakan sapi, jadi rumput dimakan, keong ikut masuk, nah, keong itu sebagai pembawa cacing itu," katanya.