Keluh Kesah Pedagang Teras Malioboro 2, Tak Ada Pembeli Berhari-hari hingga Kesulitan Biaya Pendidikan Anak

"Keluh Kesah Pedagang Teras Malioboro 2, Tak Ada Pembeli Berhari-hari hingga Kesulitan Biaya Pendidikan Anak".

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 14 Juli 2024 | 15:51 WIB
Keluh Kesah Pedagang Teras Malioboro 2, Tak Ada Pembeli Berhari-hari hingga Kesulitan Biaya Pendidikan Anak
Seorang pedagang aksesoris menata barang jualannya di Teras Malioboro 2, Kota Jogja, Minggu (8/5/2022). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Ketua Paguyuban Tri Dharma, Arif Usman mengungkapkan sejumlah keluh kesah para pedagang yang berjualan di Teras Malioboro 2 (TM II). Semenjak relokasi dari selasar ke TM II, kesejahteraan pedagang merosot tajam.

"Proses relokasi dari selasar ke TM II ini juga menimbulkan masalah dalam hal ini kesejahteraan anggota yang benar memprihatinkan. Bukan hanya turun tapi benar-benar merosot tajam," kata Usman saat dihubungi Suarajogja.id lewat sambungan telepon Minggu (14/7/2024).

Sejak dipindah ke TM 2, disampaikan Usman, pendapatan para pedagang sangat jomplang. Pasalnya posisi tempat berjualan atau lapak-lapak pedagang itu sangat berpengaruh.

"Jadi kan selama ini setelah dipindah pemerataan pendapatan sangat jomplang. Dalam artian kalau teman-teman yang dapat tempat strategis, dapat lapak yang dibagikan depan, atau di tengah, atau di perempatan itu mungkin mereka masih bisa menikmati," ujarnya.

Baca Juga:"Jangan Habis Manis Sepah Dibuang!" Pedagang Teras Malioboro II Desak Dialog Relokasi yang Adil

"Tapi teman yang di tengah dan belakang itu luar biasa memprihatinkannya. Kadang 1,2,3 hari itu enggak kelaris [dapat pembeli]. Bisa dibayangkan kalau dari pagi sampai malem enggak kelaris, itu bukan kita bekerja untuk mendapatkan sesuatu tapi kita bekerja malah menjual sesuatu, dalam arti kita bukan mendapatkan aset malah menjual aset untuk bisa bertahan hidup di situ," imbuhnya.

Pendapatan para pedagang pun berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Pasalnya penghasilan para pedagang pun berbanding terbalik saat masih berjualan di selasar Malioboro.

Jika sebelumnya biaya sekolah masih bisa tertutup oleh hasil dagangan. Kini, tak sedikit pedagang yang kebingungan untuk memenuhi biaya pendidikan anaknya.

"Dulu waktu di selasar, teman-teman bisa menyekolahkan anak sampai dengan kuliah lulus. Tapi sekarang nuwun sewu, banyak yang putus kuliah karena enggak bisa membiayai pendidikan anak mereka," ungkapnya.

Terkait bantuan pemerintah sendiri, kata Usman, sangat minim. Bahkan bantuan berupa materi maupun teknis pun tidak pernah diberikan.

Baca Juga:Kericuhan di Teras Malioboro II Semalam jadi Sorotan, Ternyata Ini yang jadi Pemicunya

Bantuan yang paling kerap diberikan adalah ketika ada kerusakan di lapak pedagang atau kebutuhan lain semisal listrik dan air. Padahal para pedagang membutuhkan lebih dari sekadar hal-hal tersebut.

"Memang tidak ada bantuan-bantuan yang sifatnya materi atau pun teknis itu enggak ada. Bantuan yang paling mereka gembar-gemborkan adalah bantuan listrik gratis, air gratis segala macam. Kalau bocor dibenerin," tuturnya.

"Itu kan bukan hal yang mendasar buat kami, hal yang mendasar bagi kami pedagang adalah dagangan yang laku, istilahnya kita bisa hidup sejahtera, menyekolahkan anak, menghidupi keluarga, itu kan harapan kita," sambungnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak