Aktivitas Merapi Meningkat: Gempa Vulkanik dan Deformasi Terus Terjadi

Diketahui bahwa status Gunung Merapi pada tingkat Siaga atau Level III itu sudah berlangsung sejak 5 November 2020 lalu.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 21 Juli 2024 | 13:02 WIB
Aktivitas Merapi Meningkat: Gempa Vulkanik dan Deformasi Terus Terjadi
Asap berwarna putih membumbung dari puncak Gunung Merapi yang berlokasi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta, Selasa (26/12/2023). (ANTARA/HO-PVMBG)

SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat ratusam guguran lava dalam sepekan terakhir.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan aktivitas tersebut tercatat pada periode 12-18 Juli 2024.

"Pada minggu ini guguran lava teramati sebanyak 177 kali ke arah hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 2.000 meter dan 1 kali ke arah hulu Kali Bedog sejauh 1.100 meter," kata Agus, dalam keterangannya, Minggu (21/7/2024).

Suara guguran terdengar 13 kali dari Pos Kaliurang dan Pos Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang. BPPTKG turut melakukan analisis morfologi dan thermal kubah lava dari foto udara tanggal 18 Juli 2024.

Baca Juga:Sampaikan Ikrar Perjuangan, PDIP Klaim Siap Menangkan Pilkada di DIY

Dilihat dari stasiun kamera Deles5, Tunggularum, Ngepos dan Babadan2. Morfologi kubah barat daya teramati adanya perubahan akibat adanya aktivitas pertumbuhan kubah dan guguran lava.

"Titik panas tertinggi teramati sebesar 244,9 derajat celsius lebih tinggi dari suhu pengukuran sebelumnya," ucapnya.

Untuk morfologi kubah tengah tidak teramati perubahan yang signifikan. Titik panas tertinggi teramati sebesar 218,5 derajat celsius. Suhu itu lebih rendah dari suhu pengukuran sebelumnya.

"Berdasarkan analisis foto udara, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.516.600 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.360.700 meter kubik," ujarnya.

BPPTKG juga masih mencatat sejumlah kegempaan didominasi gempa guguran yang mencapai 575 kali. Disusul gempa fase banyak 67 kali, 16 kali gempa vulkanik dangkal, 4 kali gempa frekuensi rendah, dan 7 kali gempa tektonik.

Baca Juga:Polda DIY Siapkan 3 Ribu Ojol Jadi 'Pertolongan Pertama' di Jalanan

"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah dibandingkan minggu lalu," tuturnya.

Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada minggu ini menunjukkan laju pemendekan jarak tunjam sebesar 0,4 cm per hari atau ebih rendah dari minggu lalu.

Tak hanya guguran lava, dalam 24 jam terakhir Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran tepatnya pada 20 Juli 2024. Tepatnya pada pukul 19.46 WIB malam kemarin dengan jarak luncur 1,2 km ke arah Kali Bebeng.

Diketahui bahwa status Gunung Merapi pada tingkat Siaga atau Level III itu sudah berlangsung sejak 5 November 2020 lalu.

Sedangkan gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021. Saat itu ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah.

Agus menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km. Lalu untuk Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak